
Meski telah memiliki 6 kapal selam modern, Singapura terus memperkuat
armada bawah laut mereka dengan memesan 4 kapal selam Scorpene class
SSKs dari DCNS Perancis. Menurut kawat rahasia yang disadur oleh Quentin
Michaud dalam http://www.infosdefense.com proses pengadaan kapal selam
Singapura itu sedang dibahas oleh Departemen Pertahanan Perancis, untuk
mengatur penjualannya.
Penjualan 4 kapal selam Scorpene Perancis ini juga mencakup transfer
teknologi dan transfer manufaktur. Namun semua ini akan berjalan lancar
jika disetujui oleh Komisi ekspor peralatan perang Perancis (CIEEMG),
karena pembelian kapal selam ini meliputi peralatan sensitif, antara
lain deteksi sonar jarak jauh.
Posisi Perancis cukup terdesak karena mereka juga sedang bersaing dengan
produsen kapal selam Jerman yang juga dilirik oleh Singapura. Perancis
tergiur dengan uang yang siap dikucurkan Singapura sebesar 2 miliar USD.
Peluang Singapura untuk mendapatkan kapal selam scorpene plus
transfer teknologinya cukup besar, karena hubungan militer kedua negara
cukup erat.
6 frigat siluman Formidable class Singapura yang didatangkan tahun
2007-2009 juga produksi Perancis, turunan La Fayette class frigate.
Kapal Selam Scorpene
Armada Kapal Selam Singapura
Awalnya Singapura membeli 4 kapal selam Challenger class eks Swedia tahun 1968 yang diretrofit tahun 1995.
Kapal Selam Challenger class eks Swedia diyakini dibeli oleh
Singapura untuk melatih kemampuan Angkatan Laut mereka sebelum
memutuskan untuk membeli kapal selam yang lebih modern.
Kapal Selam Challenger Class, Singapura
Betul saja, pada tahun 2005 dan 2007, Singapura kembali membeli dua
kapal selam Archer Class eks Swedia HMS Hälsingland dan HMS
Västergötland tahun 1986 dan 1987. Kedua kapal selam itu diretrofit oleh
galangan kapal Kockums Swedia tahun 2009 dan 2010, yang merupakan anak
perusahaan Galangan Kapal Howaldtswerke-Deutsche Werft, Kiel Jerman.
Kedua Kapal selam Archer Class tersebut aktif di jajaran Angkatan laut
Singapura, pada tahun 2011 lalu.
Dan kini memasuki tahun 2012, Singapura terus melangkah maju dengan mendatangkan 4 kapal selam modern Scorpene buatan Perancis.
Dengan demikian sebentar lagi Singapura akan memiliki 10 kapal selam
yang siap tempur dan menggentarkan, untuk menjaga wilayah laut mereka
yang berukuran mini.
Scorpene Malaysia
Malaysia juga memiliki dua kapal selam Scorpene yang dipesan ke Perancis
pada 5 Juni 2002 seharga 1 Miliar Poundsterling. Scorpene dikerjakan
oleh Galapangan Kapal Perancis DCNS bersama rekannya Galangan Kapal
Navantia Spanyol. Kapal selam itu dilengkapi dengan torpedo Blackshark
dan Exocet SM-39. Sebelum menerima kapal selam itu, 150 prajurit
Angkatan Laut Malaysia dilatih mengenal dan mengoperasikan kapal selam
Agosta Class, yang telah dipensiunkan dari Angkatan Laut Perancis.
Kapal Selam Scorpene
Scorpen pertama Malaysia, KD Tunku Abdul Rahman, diserahkan pada tahun
2009. Sementara Scorpene kedua KD Tunku Abdul Rahman mengalami masalah
tidak bisa menyelam dan kerusakan coolant system, sehingga mengalami
penundaan pengiriman. Namun hal itu hanya masalah waktu, dan Perancis
berjanji menyelesaikannya.
Selain Singapura dan Malaysia, India juga memesan 6 kapal selam scorpene ke Perancis yang dibangun bertahap sejak tahun 2006.
Kapal selam Scorpene memiliki panjang 70 meter dan lebar 6 meter
dengan berat 1800 ton. Scorpene mampu melaut selama 50 hari tanpa
re-suply. Kapal selam ini mengusung 18 torpedo campuran Black Shark
heavyweight torpedoes dan SM.39 Exocet anti-ship missiles.
Collin Australia
Adapun negara tetangga di selatan, yakni Australia memiliki 6 kapal
selam Collin Class yang dibangun bertahap sejak tahun 1996. Kapal selam
ini dibuat oleh Australian Submarine Corporation bekerjasama dengan
Galangan kapal Kockums, Swedia- Jerman.
Kapal Selam Collin Class Australia
Kapal selam Collin Class mengusung 22 torpedo Mark 48 Mod 7 CBASS dan
UGM-84C Sub-Harpoon anti-ship missiles. Ia berbobot 3300 ton dan
memiliki panjang 77, 5 meter dengan lebar 8 meter serta mampu mengarungi
laut selama 70 hari tanpa re-suply.
Sonarnya menggunakan: Thales Scylla bow and distributed sonar arrays,
Thales SHORT-TAS towed sonar array dan Thales intercept array.
Sementara radar dipercayakan kepada GEC-Marconi Type 1007 surface search
radar. Adapun Combat ssystem mengusung Raytheon CCS Mk2 (AN/BYG-1).
Perusahaan: Thales, Marconi dan Raytheon, sudah malang melintang di
industri militer Blok Barat dan tidak perlu diragukan.
Chang Bogo Indonesia
Indonesia pun tidak ketinggalan memesan 3 kapal selam Chang bogo buatan
Korea Selatan. Jika dibandingkan dengan Scorpene dan Collin, memang
kapal selam Indonesia berukuran paling kecil, yakni panjang 56 meter
dengan lebar 6 meter. Bobotnya pun jauh lebih ringan dibandingkan
Collins dan Scorpene, yakni hanya 1200 ton. Kapal selam Chang bogo yang
imut-imut ini mampu menyelam selama 50 hari tanpa re-suply dan mengusung
SUT torpedoes dan UGM-84 Harpoon. Pengguna dari Kapal selam ini hanya
Korea Selatan dan satu lagi calon pembelinya adalah Indonesia.
Kapal Selam Chang Bogo
Kapal selam Chang Bogo dijiplak oleh Korea Selatan dari kapal selam
Jerman, Type 209/1200. Kapal Selam ini didisain Jerman pada tahun 1960
dan mulai diproduksi tahun 1970-an.
Selain tiga kapal selam yang sedang dipesan, Indonesia juga memiliki 2
kapal selam lawas Type 209/1200 Jerman yakni KRI Cakra dan KRI
Nanggala. Kedua kapal itu diretrofit Korea Selatan pada tahun 2004 dan
2006 dan selesai tahun 2009 -2012.
Indonesia membeli tiga kapal selam Chang Bogo Korea Selatan, karena
dijanjikan akan mendapatkan ToT, meski harus membayar 300 juta USD.
Indonesia semakin tertarik dengan Chang Bogo, setelah Korea Selatan
berjanji akan mentransfer teknologi Chang Bogo berbobot 1400 ton. Kapal
yang akan jadi tahun 2018 ini sedikit lebih besar dibandingkan KRI Cakra
dan Nanggala.
Chang Bogo Korea Selatan
Jika kita melakukan komparasi dengan kapal selam Singapura, Malaysia
dan Australia, kapal selam indonesia berukuran paling mini. Ibaratnya
anjing kampung yang dikepung Herder.
Tidak terbayangkan, apa perasaan para awak kapal selam itu saat
mengarungi lautan dan berhadapan dengan kapal selam Sorpene dan Collin.
Mungkin yang terbaik adalah kombinasi antara 2 kapal selam Type 209/1200
ton (Cakra dan Nanggala), 3 kapal selam Chang Bogo (Type 209/1400 ton)
dan 2 kapal selam Kilo Rusia (2800 ton).
Presiden SBY melihat model Kilo Class
Formasi campuran kapal selam tua dan modern juga diberlakukan oleh
Singapura yakni: 4 Scorpene (sedang dipesan), 4 Challenger class (1968)
dan 2 Archer Class (1987).
Mungkin ada baiknya kita melihat bagaimana Vietnam membangun militer
mereka yang nota bene kemampuan ekonominya di bawah Indonesia. Pada
tahun 2010, Vietnam memesan 6 kapal selam ke Rusia. Vietnam sadar, di
bawah laut mereka harus berhadapan dengan kapal Selam Kilo China dan
India, sehingga harus memiliki kemampuan kapal selam, minimal yang
seimbang.
Improved Kilo (Kilo-636 KMV) Vietnam
Indonesia sebenarnya masih memiliki sisa kredit ekspor 700 juta USD
dari Rusia, akibat pembatalan pembelian 2 kapal selam kilo Rusia.
Indonesia hendak memanfaatkan sisa kredit itu untuk pembelian 6 jet
Sukhoi SU 30, namun ditolak Rusia. Menurut Rusia sisa kredit eksport 700
juta USD untuk pembelian 2 kapal selam kilo, bukan pesawat tempur.