Sabtu, 06 Oktober 2012

Leopard RI VS Kucing Liar Malaysia

fnss 306241 Leopard RI VS Kucing Liar Malaysia
Panser FNSS PARS Turki untuk Malaysia
Malaysia terus berbenah dengan mesin perang mereka, termasuk mempersenjatai panser PARS 8×8 yang diadopsi dari Infantry Fighting Vehicle Turki: FNSS Pars. 11 Jul1 2012, perusahaan teknologi pertahanan Afrika Selatan, Denel SOC, memenangkan proyek pengadaan canon system dan rudal anti-tank laser-guided untuk Malaysia, dengan nilai kontrak 3,5 miliar ringgit. Pesanan Malaysia itu adalah: 69 unit double turret 30 mm GI-30 (Denel LCT30 turret); 54 Canon 30 mm dilengkapi rudal anti-tank Ingwe; 216 munisi rudal anti-tank Ingwe laser-guided; serta 54 remote control weapons system.

lct30 Leopard RI VS Kucing Liar Malaysia
Denel LCT30 Turret
Rudal anti-tank Ingwe diciptakan Afrika Selatan untuk membidik sasaran sejauh 2,5 – 5 kilometer. Untuk memastikan sasaran tidak luput dari sergapan, rudal anti-tank ini menggunakan cross-fire mode yang mampu menembakkan 4 misil secara simultan. Ia juga bisa dikombinasikan dengan canon otomatis 30mm, untuk ditempatkan di tank maupun helikopter. Afrika Selatan memasang rudal Ingwe ini di kendaraan tempur 6 x 6. Sementara Malaysia lebih maju dengan memasangnya di panser 8 x 8 yang tentunya lebih stabil.
z
Rudal Anti-Tank Ingwe
Canon dan rudal anti-tank itu dikirim ke Malaysia selama 7 tahun, mulai Januari 2013 untuk dicoba oleh Angkatan Darat Malaysia. “Ini adalah kontrak terbesar dalamm sejarah perusahaan kami”, ujar Juru Bicara PT Denel SOC, Zwelakhe Ntshepe. Canon dan anti-tank ini akan diintegrasikan di Malaysia ke panser 8×8, lisensi dan platform dari FNSS PARS Turki.

576px Ratel ZT3 front Leopard RI VS Kucing Liar Malaysia
Misil Anti-Tank Ingwe
Kerjasama dengan Denel SOC juga meliputi transfer teknologi, agar Malaysia bisa merawat sistem canon dan anti-tank yang dibeli. Pembelian itu juga memberi opsi untuk kerjasama perawatan dan upgrade turret. Sebelumnya Malaysia telah menandatangani kontrak dengan Turki untuk pengadaan 257 Infantry Fighting vehicles (IFV) PARS 8×8 dengan nilai kontrak 600 juta USD. “PARS was named after an indigenous Turkish wild cat and it is a new generation IFV that features superior mobility, ballistic protection and payload capapacity,” ujar pimpinan FNSS, Nail Kurt.
pars Leopard RI VS Kucing Liar Malaysia
IFV PARS 8×8 Malaysia
Kontrak dengan FNSS Turki juga meliputi penyediaan disain baru panser, sesuai dengan kebutuhan tentara Malaysia. Kontrak FNSS Turki dengan Malaysia merupakan kontrak penjualan peralatan militer tertinggi dari perusahaan FNSS, mengalahkan kontrak dengan Arab Saudi senilai 211 juta USD. Perjanjian dengan Malaysia menyebutkan komponen utama dan komponen penting dari IFV PARS akan dibangun di Turki, termasuk pembuatan disain khusus untuk Malaysia. Instalasi dan integrasi mesin, track serta sensor panser juga ditangani FNSS. Bagian-bagian tersebut akan dikapalkan ke Malaysia untuk dilakukan perakitan akhir dan ujicoba di bawah supervisi FNSS Turki. FNSS akan mengajarkan teknisi Malaysia, agar mampu menservis sendiri PARS 8×8, nantinya.

pars 8x8 1 1 Leopard RI VS Kucing Liar Malaysia
PARS 8×8 Malaysia
Panser FNSS Pars ini transfer ke Militer Malaysia rentang tahun 2012- 2015. Dengan kapasitas 14 penumpang PARS 8×8 memiliki berat kosong 16 ton dan 24 ton untuk combat weight. Panser bertenaga 525 HP diesel ini, bisa diangkut oleh Hercules C 130 atau A-400. Panser ini memiliki transmisi semi otomatis (2 speed) dengan suspensi yang diatur dan dikontrol komputer. Malaysia menyiapkan 257 unit Panser PARS (Kucing Liar) untuk bahu membahu dengan MBT PT 91, dalam memburu Tank lawan, terutama Main Battle Tank, yang sulit dijinakkan. (Jkgr).

Fregat Orizzonte Pengganti PKR Sigma 105


finc mosaic24 01 Fregat Orizzonte Pengganti PKR Sigma 105
Fregat kelas Orizzonte Italia
Bulan Juni 2012 merupakan batas waktu (dead line), apakah proyek Korvet/ Light Fregat Nasional, Sigma 10514 diteruskan atau tidak, dengan PT Damen Schelde Naval Shipbuilding, Vissengen, Belanda. Perjanjian dengan Damen Schelde, telah ditandatangani di PT PAL Surabaya, tahun 2010. Namun ketika membahas pembagian kerja, tidak ditemukan kesepahaman.
PT Damen Schelde hanya bersedia memberi sebagian pembangunan badan kapal, serta sedikit sistem intergrasi-nya.
PT PAL menolak tawan tersebut. “Jika kita hanya mendapatkan pembangunan hull (badan kapal), dimana alih teknologinya ?. Kita sudah bisa membuat hull lebih besar dari Sigma 10514 yang akan menjadi dasar proyek Fregat Nasional”, Ujar pejabat PT PAL.
Orizzonte Light Fregat
Proyek Sigma 10514 tampaknya akan kandas di tengah jalan. Untuk itu, Indonesia kembali mendekati Orizzonte Sistemi Navali (Fincantieri), kontestan kedua tender korvet Indonesia.
Pada tahun 2007, telah ada kesepakatan antara Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono dengan Menteri Pertahanan Italia, Arturo Parisi, untuk membangun dua Korvet Nasional.
Kriteria Korvet Nasional itu, mampu melakukan peperangan Anti Pesawat udara (AAW/Anti-Air Warfare), Peperangan kapal permukaan (ASuW/Anti-Surface Warfare), Peperangan Anti Kapal Selam (ASW/Anti- Submarine Warfare), dan Peperangan Elektronika (EW/Electronic Warfare).

fincanteri indonesia Fregat Orizzonte Pengganti PKR Sigma 105
Korvet Mosaic 2,2 ditawarkan ke RI tahun 2007

Pemerintah Italia sepakat dan menawarkan korvet kelas Orizzonte, tipe Mosaic 2,2. Italia menyiapkan kredit 85 persen. Sisanya ditanggung oleh Bank dari Indonesia. “Kita akan melakukan produksi bersama, bukan sekedar membeli”, ujar Juwono Sudarsono, saat mengunjungi galangan kapal Orizzonte Sistemi Navali (Fincantieri) di La Spezia, Italia 2007. Korvet tersebut akan dibangun tahun 2008- 2011. Namun rencana itu tidak terwujud.

fincanteri indonesia 2 Fregat Orizzonte Pengganti PKR Sigma 105
Korvet Orizzonte Mosaic 2,2

Hanya keajaiban yang bisa membuat PT PAL dan PT Damen Schelde dapat bekerjasama untuk membuat Korvet Nasional. Perbedaan pandangan antara PT PAL dengan PT Damen, sudah terlalu jauh. Saat ini PT Damen Schelde sedang sibuk menyelesaikan tiga Sigma pesanan Maroko. Baru satu light fregat yang diserahkan pada September 2011. Damen Schelde juga sedang menggarap 4 korvet Sigma pesanan Vietnam.
Di tengah lesunya ekonomi Eropa, Fincantieri, kembali menawarkan berbagai Korvet dan Light Fregat kelas Orizzonte Mosaic.
Jika Indonesia ingin membangun light fregat sekelas Sigma 10514, pilihannya adalah Orizzonte Mosaic 2,4.
Light fregat ini memiliki panjang 100 meter, berat 2400 ton dan kecepatan maksimal 30 knot. Light frigate Mosaic 2,4 disiapkan Italia untuk peperangan di garis depan (blue navy).
Mosaic 2,4 mampu mengubah arah secara mendadak dan mampu memunculkan suara mesin tiruan, untuk mengecoh kapal selam musuh.

Italy Orizzonte Sistemi Navali MOSAIC Fregat Orizzonte Pengganti PKR Sigma 105
Orizzonte Mosaic 2,4

Fregat Mosaic 2,4 didukung radar surveillance 3D multi fungsi, yang mampu menjejak sasaran dengan sangat cepat. Karena itu pula Angkatan Laut Israel, tertarik dengan fregat ini. Senjata yang diusung:
Canon 76/62 mm otomatis, dikontrol FCS (CIWS); 2 senjata mesin 25 mm; Senjata anti Pesawat (Vertical Launch System); Anti Kapal (SSM); Peluncur Roket dan Torpedo.
Perangkat Elektronik:
Electronic Support Measures (ESM pasif); Electronic Counter Measures (ECM aktif); Perangkat ASW, Hull Mounted Sonar (HMS), additional Variable Depth Sonar (VDS); sistem navigasi- telekomunikasi yang terintegrasi.Light fregat ini mampu mengakut helikopter OTHT seberat 11 ton.

singapore stealth frigate Fregat Orizzonte Pengganti PKR Sigma 105
Fregat Stealth Formidable Singapura

Fregat La Fayette
Pilihan lain adalah Fregat kelas La Fayette Perancis. Singapura memiliki 6 fregat Formidable, turunan kelas La Fayette. Setengah diantaranya, dirakit di Singapura. Indonesia tentunya bisa belajar ke Singapura. Apalagi hubungan Indonesia dengan Perancis terjalin baik, untuk proyek Panser Anoa, Rantis/ APC Sherpa. Kerjasama pembuatan PKR dengan Singapura mengacu fregat Formidable/ La Fayette sedang dijajaki Kementrian Pertahanan(Jkgr)

Anjing Kampung Dikepung Herder

Juli 29 2012
 
kilo scorpene Anjing Kampung Dikepung Herder
Meski telah memiliki 6 kapal selam modern, Singapura terus memperkuat armada bawah laut mereka dengan memesan 4 kapal selam Scorpene class SSKs dari DCNS Perancis. Menurut kawat rahasia yang disadur oleh Quentin Michaud dalam http://www.infosdefense.com proses pengadaan kapal selam Singapura itu sedang dibahas oleh Departemen Pertahanan Perancis, untuk mengatur penjualannya.
Penjualan 4 kapal selam Scorpene Perancis ini juga mencakup transfer teknologi dan transfer manufaktur. Namun semua ini akan berjalan lancar jika disetujui oleh Komisi ekspor peralatan perang Perancis (CIEEMG), karena pembelian kapal selam ini meliputi peralatan sensitif, antara lain deteksi sonar jarak jauh.
Posisi Perancis cukup terdesak karena mereka juga sedang bersaing dengan produsen kapal selam Jerman yang juga dilirik oleh Singapura. Perancis tergiur dengan uang yang siap dikucurkan Singapura sebesar 2 miliar USD.
Peluang Singapura untuk mendapatkan kapal selam scorpene plus transfer teknologinya cukup besar, karena hubungan militer kedua negara cukup erat.
6 frigat siluman Formidable class Singapura yang didatangkan tahun 2007-2009 juga produksi Perancis, turunan La Fayette class frigate.

kapal selam scorpene Anjing Kampung Dikepung Herder
Kapal Selam Scorpene
Armada Kapal Selam Singapura
Awalnya Singapura membeli 4 kapal selam Challenger class eks Swedia tahun 1968 yang diretrofit tahun 1995. Kapal Selam Challenger class eks Swedia diyakini dibeli oleh Singapura untuk melatih kemampuan Angkatan Laut mereka sebelum memutuskan untuk membeli kapal selam yang lebih modern.

sing Anjing Kampung Dikepung Herder
Kapal Selam Challenger Class, Singapura
Betul saja, pada tahun 2005 dan 2007, Singapura kembali membeli dua kapal selam Archer Class eks Swedia HMS Hälsingland dan HMS Västergötland tahun 1986 dan 1987. Kedua kapal selam itu diretrofit oleh galangan kapal Kockums Swedia tahun 2009 dan 2010, yang merupakan anak perusahaan Galangan Kapal Howaldtswerke-Deutsche Werft, Kiel Jerman. Kedua Kapal selam Archer Class tersebut aktif di jajaran Angkatan laut Singapura, pada tahun 2011 lalu. Dan kini memasuki tahun 2012, Singapura terus melangkah maju dengan mendatangkan 4 kapal selam modern Scorpene buatan Perancis.
Dengan demikian sebentar lagi Singapura akan memiliki 10 kapal selam yang siap tempur dan menggentarkan, untuk menjaga wilayah laut mereka yang berukuran mini.
Scorpene Malaysia
Malaysia juga memiliki dua kapal selam Scorpene yang dipesan ke Perancis pada 5 Juni 2002 seharga 1 Miliar Poundsterling. Scorpene dikerjakan oleh Galapangan Kapal Perancis DCNS bersama rekannya Galangan Kapal Navantia Spanyol. Kapal selam itu dilengkapi dengan torpedo Blackshark dan Exocet SM-39. Sebelum menerima kapal selam itu, 150 prajurit Angkatan Laut Malaysia dilatih mengenal dan mengoperasikan kapal selam Agosta Class, yang telah dipensiunkan dari Angkatan Laut Perancis.

submarino Anjing Kampung Dikepung Herder
Kapal Selam Scorpene
Scorpen pertama Malaysia, KD Tunku Abdul Rahman, diserahkan pada tahun 2009. Sementara Scorpene kedua KD Tunku Abdul Rahman mengalami masalah tidak bisa menyelam dan kerusakan coolant system, sehingga mengalami penundaan pengiriman. Namun hal itu hanya masalah waktu, dan Perancis berjanji menyelesaikannya. Selain Singapura dan Malaysia, India juga memesan 6 kapal selam scorpene ke Perancis yang dibangun bertahap sejak tahun 2006.
Kapal selam Scorpene memiliki panjang 70 meter dan lebar 6 meter dengan berat 1800 ton. Scorpene mampu melaut selama 50 hari tanpa re-suply. Kapal selam ini mengusung 18 torpedo campuran Black Shark heavyweight torpedoes dan SM.39 Exocet anti-ship missiles.
Collin Australia
Adapun negara tetangga di selatan, yakni Australia memiliki 6 kapal selam Collin Class yang dibangun bertahap sejak tahun 1996. Kapal selam ini dibuat oleh Australian Submarine Corporation bekerjasama dengan Galangan kapal Kockums, Swedia- Jerman.

HMAS Rankin 2007 Collins Anjing Kampung Dikepung Herder
Kapal Selam Collin Class Australia
Kapal selam Collin Class mengusung 22 torpedo Mark 48 Mod 7 CBASS dan UGM-84C Sub-Harpoon anti-ship missiles. Ia berbobot 3300 ton dan memiliki panjang 77, 5 meter dengan lebar 8 meter serta mampu mengarungi laut selama 70 hari tanpa re-suply. Sonarnya menggunakan: Thales Scylla bow and distributed sonar arrays, Thales SHORT-TAS towed sonar array dan Thales intercept array. Sementara radar dipercayakan kepada GEC-Marconi Type 1007 surface search radar. Adapun Combat ssystem mengusung Raytheon CCS Mk2 (AN/BYG-1). Perusahaan: Thales, Marconi dan Raytheon, sudah malang melintang di industri militer Blok Barat dan tidak perlu diragukan.
Chang Bogo Indonesia
Indonesia pun tidak ketinggalan memesan 3 kapal selam Chang bogo buatan Korea Selatan. Jika dibandingkan dengan Scorpene dan Collin, memang kapal selam Indonesia berukuran paling kecil, yakni panjang 56 meter dengan lebar 6 meter. Bobotnya pun jauh lebih ringan dibandingkan Collins dan Scorpene, yakni hanya 1200 ton. Kapal selam Chang bogo yang imut-imut ini mampu menyelam selama 50 hari tanpa re-suply dan mengusung SUT torpedoes dan UGM-84 Harpoon. Pengguna dari Kapal selam ini hanya Korea Selatan dan satu lagi calon pembelinya adalah Indonesia.

COMMD 191 Anjing Kampung Dikepung Herder
Kapal Selam Chang Bogo
Kapal selam Chang Bogo dijiplak oleh Korea Selatan dari kapal selam Jerman, Type 209/1200. Kapal Selam ini didisain Jerman pada tahun 1960 dan mulai diproduksi tahun 1970-an. Selain tiga kapal selam yang sedang dipesan, Indonesia juga memiliki 2 kapal selam lawas Type 209/1200 Jerman yakni KRI Cakra dan KRI Nanggala. Kedua kapal itu diretrofit Korea Selatan pada tahun 2004 dan 2006 dan selesai tahun 2009 -2012.
Indonesia membeli tiga kapal selam Chang Bogo Korea Selatan, karena dijanjikan akan mendapatkan ToT, meski harus membayar 300 juta USD. Indonesia semakin tertarik dengan Chang Bogo, setelah Korea Selatan berjanji akan mentransfer teknologi Chang Bogo berbobot 1400 ton. Kapal yang akan jadi tahun 2018 ini sedikit lebih besar dibandingkan KRI Cakra dan Nanggala.

changbogo 1024x667 Anjing Kampung Dikepung Herder
Chang Bogo Korea Selatan
Jika kita melakukan komparasi dengan kapal selam Singapura, Malaysia dan Australia, kapal selam indonesia berukuran paling mini. Ibaratnya anjing kampung yang dikepung Herder. Tidak terbayangkan, apa perasaan para awak kapal selam itu saat mengarungi lautan dan berhadapan dengan kapal selam Sorpene dan Collin. Mungkin yang terbaik adalah kombinasi antara 2 kapal selam Type 209/1200 ton (Cakra dan Nanggala), 3 kapal selam Chang Bogo (Type 209/1400 ton) dan 2 kapal selam Kilo Rusia (2800 ton).

kilo kapal Anjing Kampung Dikepung Herder
Presiden SBY melihat model Kilo Class
Formasi campuran kapal selam tua dan modern juga diberlakukan oleh Singapura yakni: 4 Scorpene (sedang dipesan), 4 Challenger class (1968) dan 2 Archer Class (1987). Mungkin ada baiknya kita melihat bagaimana Vietnam membangun militer mereka yang nota bene kemampuan ekonominya di bawah Indonesia. Pada tahun 2010, Vietnam memesan 6 kapal selam ke Rusia. Vietnam sadar, di bawah laut mereka harus berhadapan dengan kapal Selam Kilo China dan India, sehingga harus memiliki kemampuan kapal selam, minimal yang seimbang.

Project 636 submarine 2 1024x286 Anjing Kampung Dikepung Herder
Improved Kilo (Kilo-636 KMV) Vietnam
Indonesia sebenarnya masih memiliki sisa kredit ekspor 700 juta USD dari Rusia, akibat pembatalan pembelian 2 kapal selam kilo Rusia. Indonesia hendak memanfaatkan sisa kredit itu untuk pembelian 6 jet Sukhoi SU 30, namun ditolak Rusia. Menurut Rusia sisa kredit eksport 700 juta USD untuk pembelian 2 kapal selam kilo, bukan pesawat tempur.

Australia Signs A$73.9m Deal to Participate in P-8A Development


05 Oktober 2012

P8A and P3 Orion long-range maritime patrol aircraft (photo : USNavy)

Minister for Defence Stephen Smith and Minister for Defence Materiel Jason Clare today announced the signing of the $73.9m Increment 3 Project Arrangement with the United States Navy for the P-8A aircraft, the replacement of the AP-3C Orion maritime patrol aircraft.
The signing formalises Australia’s participation in the development of the Increment 3 P-8A Aircraft and marks Australia’s continued commitment to the $5 billion project to acquire a new manned Maritime Patrol Aircraft.
The P-8A is a fundamental element of Australia’s future maritime patrol and response strategy in replacing the current AP-3C Orion fleet, due for withdrawal around 2019.  The Air Force currently operates 19 AP-3C Orion aircraft, with two having been on operational deployment in the Middle East.
The P-8A is a modern, highly reliable aircraft based on the commercially-proven Boeing B737, modified to incorporate the latest maritime surveillance and attack capabilities.
It has an unrefueled range of over 4000 nautical miles (7,500km) or the ability to remain on station conducting low level Anti Submarine Warfare (ASW) missions for over 4 hours at a range of more than 1,200 nautical miles (2,200 km) from base.
The P-8A is also air-to-air refuelable from the boom of tanker aircraft such as the KC-30A, pushing its endurance out to over 20 hours – making it possible to patrol Australia’s isolated Southern Ocean territories.
The P-8A has 11 weapon hard points (five in the bomb bay, four under the wings and two under the fuselage) and can carry over 22,000 pounds (10,000kg) of weapons. All the hard points have digital weapon interfaces. The aircraft has an extensive communications suite of over 10 separate radios and data links across the VHF, UHF, HF and SATCOM spectrums.
Like the Orion, the P-8A has advanced sensors and mission systems. These include advanced multi-mode radar, a high definition electro-optic camera, an acoustic system (that has four times the processing capacity of the current AP-3C Orion’s system) and an advanced electronic support system.
The Increment 3 Project Arrangement falls under the Production, Sustainment and Follow-on Development Memorandum of Understanding between Defence and the United States Navy, which was signed in March this year and provides the framework by which the P-8A will be acquired, sustained and developed thought it service life.
The Increment 3 Project Arrangement is the first planned upgrade to the Australian P-8A fleet and aims to provide a range of new upgraded capability to the Increment 2 aircraft, including a networked maritime strike weapon, air-sea rescue kit and enhanced target tracking.
This Project Arrangement represents the first real opportunity for Australia to influence the future capability of the P-8A, as Australia will be involved in the Increment 3 upgrade from the requirements determination phase.
z

PT Dirgantara Produksi Tiga CN-295 Mulai 2014


05 Oktober 2012

Pesawat C-295M/CN-235 TNI AU (photo : Viva)

TEMPO.CO, Jakarta - PT Dirgantara Indonesia menyatakan siap membuat tiga unit pesawat angkut CN-295 pada 2014. Tiga unit itu merupakan pesawat ketujuh, kedelapan, dan kesembilan. “Proses perakitan akhir dan bagian ekor akan dibuat PT Dirgantara,” kata Direktur Aerostruktur PT Dirgantara Indonesia, Adi Alisjahbana, di Skuadron II Landasan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis, 4 Oktober 2012.
Dalam kerja sama dengan Airbus Military Spanyol, Adi menjelaskan, porsi pekerjaan Dirgantara semakin meningkat. Dari sembilan unit pesawat, enam unit dibuat di Airbus Military Spanyol dan tiga unit lainnya dibuat di Indonesia. "Nantinya ada kolaborasi, 40 persen konten lokal, yakni bagian ekor pesawat, dan final assembling," kata Adi.
Pesawat CN-295 merupakan pesawat angkut sedang generasi baru dengan perlengkapan seperti digital avionic dan full glass cockpit. Pesawat versi militer ini mampu membawa 9 ton kargo dan 71 personel.
Pesawat ini mampu terbang sampai ketinggian 25.000 kaki dengan kecepatan jelajah maksimum 260 knot atau 480 kilometer per jam. Dengan dua mesin Turboprop Pratt dan Whitney Canada, pesawat ini mampu lepas landas dan mendarat di landasan pendek, yaitu 670 meter.
Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, mengatakan pesawat CN-295 akan menambah kekuatan operasi militer perang dan operasi militer selain perang. Ia berpesan agar TNI Angkatan Udara bisa memelihara armada militer ini.

U.S., Timor-Leste Defense Forces to Conduct Exercise Crocodilo

06 Oktober 2012

The Peleliu Amphibious Ready Group (ARG), with the 15th Marine Expeditionary Unit (MEU) embarked, transits in formation in the Pacific Ocean, Sept. 22. Sailors and Marines from the ARG and MEU will participate in Exercise Crocodilo. (photo : U.S. Navy)
DILI, Timor-Leste - The U.S. Marine Corps, U.S. Navy, and the Timor-Leste Defense Forces (F-FDTL) will takeart in Exercise Crocodilo 2012, beginning Oct. 10.

Throughout the seven-day exercise, U.S. and Timorese forces will work together on training and community activities aimed at strengthening relations between the two nations and building capability to operate jointly.
U.S. Forces and F-FDTL soldiers will focus on topics such as military police training, small boat handling, jungle warfare, aviation and specific planning scenarios.
“These training programs provide opportunities to share knowledge, establish personal and professional relationships, and strengthen our military and civil partnership with Timor-Leste,” said United States Ambassador to Timor-Leste Judith R. Fergin. “Additionally, joint exercises such as Crocodilo 2012 improve Pacific security, which is an interest that Timor-Leste, the United States, and neighbors in the region share.”
To strengthen partnerships with local communities, Exercise Crocodilo also offers medical and dental assistance to Timorese citizens. Teams will also collaborate on construction and rehabilitation projects. Exercise Crocodilo activities will take place in Dili, Metinaro, Manatutu, Hera, Liquica, and Baucau.
The U.S. Navy is bringing three ships to Timor-Leste for this exercise: USS Peleliu, USS Rushmore, and USS Green Bay.

Marder Jerman Rujukan Model Tank Medium Pindad


marder tank 2 Marder Jerman Model Tank Medium Pindad
Marder Retrofit Canon 105mm
JKGR-(IDB) : Wujud tank medium Indonesia yang merujuk kepada IFV/ Tank Marder 1A3 Jerman semakin mendekati kenyataan. Pemerintah Indonesia telah mengajukan permohonan resmi kepada pemerintah Jerman, agar mengirimkan 4 tank Leopard 2 dan 4 Marder 1A3, untuk ujicoba di Indonesia. 

Permohonan ini diajukan Indonesia pada bulan Juli 2012, ujar pihak Kementerian Pertahanan Jerman. Pemesanan 8 tank Jerman ini, merupakan bagian dari rencana Indonesia untuk membeli sekitar 100 MBT Leopard 2 dan 4 Marder 1A3.

Walau sempat memicu polemik, pembelian tank Leopard 2 dan Marder ini tampaknya akan terlaksana sebagaimana mestinya. Masalah pembelian itu telah dibahas Presiden SBY dan Kanselir Jerman Angela Merkel, awal Juli 2012 di Jakarta. Partai Hijau Jerman memang sempat menolak penjualan Tank Leopard 2 ke Indonesia terkait isu pelanggaran HAM di masa lalu. Namun Partai Hijau hanya partai minoritas di Jerman.

Perusahaan ternama Jerman, Rheinmetall sebenarnya telah mendisain Infantry fighting vehicle (IFV) Marder menjadi Tank canon 105mm dan siap menjualnya ke berbagai negara. Dengan demikian, Indonesia tidak perlu lagi riset yang rumit untuk menggabungkan IFV Marder dengan turet Canon 105mm. 


marder 920 1 Marder Jerman Model Tank Medium Pindad


Jalan cerita Tank Medium Pindad Indonesia, tampaknya mengikuti jejak panser Anoa yang sukses. Panser Anoa Indonesia merujuk kepada model panser VAB Renault Perancis. Dan Panser Anoa Indonesia, bisa dikatakan membanggakan dan mulai dimintai beberapa negara Asia dan Afrika.
Jika hendak meniru, tirulah produk yang benar benar paten. Panser Anoa sudah membuktikannya. Melihat rekam jejak itu, seharusnya proyek panser medium pindad yang merujuk kepada Marder 1A3, akan gilang gemilang, setidaknya akan membuat rakyat Indonesia tersenyum.
Tidak ada negara di dunia ini yang meragukan kendaraan tempur maupun lapis baja buatan Jerman. Bahkan Amerika Serikat hingga Israel ikut mengandalkan alutsista buatan Jerman itu. Jadi, kita tunggu saja wujud tank medium Pindad nanti.
Ada perkembangan yang menarik, terkait kerjasama RI dengan Jerman.

Tiga light frigate Nakhoda Ragam Class Indonesia kini di-repowering/ di-upgrade di Lursen Jerman. Bersamaan dengan itu Indonesia sedang membuat Kapal Cepat Rudal KCR 60 di PT PAL Surabaya. Kemungkinan CMS (Combat management System) dari KCR 60 itu digarap di Jerman, dengan syarat adanya transfer of technology bagi Indonesia. Sementara sistem rudalnya, tetap merujuk ke China.




Dengan demikian, dari Jerman, kita akan kedatangan 100 MBT Leopard 2, cikal bakal Tank Medium Indonesia (Marder Model) dan 3 Light Frigat Nakhoda Ragam Class yang telah di-repowering