Minggu, 28 Oktober 2012

Militer Indonesia berencana untuk membelanjakan 16,7 milyar dolar AS sampai tahun 2015


Para kadet Akademi Militer Indonesia berbaris dalam suatu upacara kenegaraan. Diharapkan bahwa mereka akan menikmati manfaat dari peningkatan anggaran belanja militer negara ini. [Reuters]
Para kadet Akademi Militer Indonesia berbaris dalam suatu upacara kenegaraan. Diharapkan bahwa mereka akan menikmati manfaat dari peningkatan anggaran belanja militer negara ini. [Reuters]

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, yang didukung oleh kepemimpinan militer dan memperoleh dana anggaran sebesar 16,7 milyar dolar AS, akan terus maju dengan rencana tiga tahunnya untuk memperkuat dan melakukan modernisasi persenjataan militer Indonesia.
Indonesia berada dalam perjalanan untuk mempengaruhi percaturan dunia, demikian menurut seorang analis - suatu ambisi yang dapat ditelusuri sejak proklamasi kemerdekaan pada tahun 1945 dari penjajahan Belanda. Dengan laju pertumbuhan saat ini, Indonesia dapat menjadi salah satu dari lima negara dengan ekonomi terkuat sebelum tahun 2040, demikian ramalan para pejabat.
Sebagai inti dari komunitas Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara [ASEAN] dan negara terbesar di komunitas Asia Tenggara, modernisasi pertahanan Indonesia berkemungkinan untuk menempatkan negara ini sebagai pembelanja militer utama di wilayah tersebut. Dan karena jalur reformasi Indonesia ke arah konsolidasi demokratis, para pengamat mengatakan bahwa kemunculan kekuatan militer negara ini tidak perlu dikhawatirkan akan mengalami destabilisasi.
Pergeseran dramatis kebijakan pertahanan Indonesia muncul setelah kekosongan 10 tahun pembelanjaan militer akibat kekurangan dana, setelah negara tersebut berfokus pada pertumbuhan ekonomi dan usaha perkembangan. Peningkatan pada tahun 2012 menghadirkan 30 persen dari anggaran nasional negara ini. Angkatan Udara dan Laut Indonesia diharapkan menjadi penerima terbesar dari hasil peningkatan anggaran pertahanan ini.
Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan bahwa pertumbuhan dalam anggaran pertahanan tersebut dimaksudkan sebagai usaha untuk "memperkuat posisi militer, demi menjamin keberhasilan misi untuk menjaga kedaulatan dan integritas wilayah Indonesia.”
Rencana pengembangan militer tersebut mencakup pembelian kapal penghancur berpeluru kendali, tank, sistem peluncuran roket majemuk, jet tempur, kapal selam dan persenjataan militer lainnya.
Senjata yang dikembangkan secara domestik dan dibeli di luar negeri ini akan didukung teknologi terbaru. Strategi modernisasi ini memiliki harga yang sangat mahal: 2,5 milyar dolar AS untuk 10 frigat ringan yang dikembangkan oleh produsen kapal negara PAL; 2 milyar dolar AS untuk empat kapal selam; dan 6 milyar dolar AS untuk tambahan pesawat jet tempur Sukhoi dan F16.
Anggaran ini juga dimaksudkan untuk meliputi kebutuhan non-senjata yang berhubungan dengan pertahanan nasional, termasuk aktivitas yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan prajurit dan pegawai negeri dalam angkatan bersenjata Indonesia.
Anggaran ini akan berfokus pada pembelian produk domestik, demikian kata Yugiantoro. Jika tidak terdapat ketersediaan materi yang diproduksi secara domestik, akan digunakan para produsen asing dengan syarat penggunaan metode produksi gabungan. Dan impor produk asing juga akan dipantau demi memastikan manfaatnya bagi Indonesia.
Komite Tingkat Tinggi [HLC] negara ini akan menyediakan pengawasan guna mengendalikan pemantauan dan laju perluasan sektor pertahanan sampai tahun 2014, demikian ungkap menteri pertahanan.
HLC yang diketuai oleh wakil menteri pertahanan, akan mencakupkan perwakilan dari beberapa divisi pemerintah, termasuk keuangan, perencanaan, audit, dan badan pemerintah khusus yang bertanggung jawab untuk melakukan pembelian barang serta jasa.
“Tujuan utama dari tim pengendali ini adalah mulai dari awal tahap perencanaan seperti halnya juga selama tahap penerapan, untuk memantau keuangan dan pembelian bagi sektor pertahanan ini,” demikian yang dikatakan Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin.
Angkatan Udara menambahkan 17 skuadron

Pembangunan militer ini mencakup inventaris yang mengesankan. Untuk Angkatan Udara Indonesia: 64 jet tempur Sukhoi; 32 jet tempur F16; 36 pesawat tempur Hawk 100/200; 12 jet tempur F5E; 16 pesawat tempur Super Tucano; 16 pesawat tempur Yak 130; 36 pesawat tanpa awak; dan 64 pesawat transportasi Hercules.
Angkatan Laut menambahkan 3 armada

Tiga armada akan ditambahkan ke Angkatan Laut Indonesia, yang memiliki armada Barat dengan markas besar di Tanjung Pinang, Natuna, dan Belawan. Armada Pusat akan memiliki markas besar di Surabaya, Makassar, dan Tarakan. Armada Timur akan bermarkas besar di Ambon, Merauke, dan Kupang. Kemudian, jumlah prajurit Angkatan Laut yang aktif akan ditingkatkan hingga 60.000, ditugaskan di berbagai markas. Para prajurit ini akan didukung oleh 350 tank BMP 4F; 17 tank amfibi; 320 kendaraan amfibi lapis baja; 800 misil QW3; 40 Grad RM; dan 75 Howitzer. Inventaris tambahan mencakup 32 frigat; 56 corvette; 82 kapal patroli cepat yang dipersenjatai misil; enam kapal selam; dan 48 kapal logistik serta transportasi.
Tambahan angkatan darat termasuk tank dan misil

Angkatan Darat, yang merupakan komponen darat angkatan bersenjata Indonesia, memiliki perkiraan jumlah pasukan sebanyak 180.000, Brigadir Kavaleri, cadangan strategis, dan unit-unit lain yang telah terlibat dalam operasi sejak perjuangan negara ini untuk meraih kemerdekaan.
Peningkatan anggaran ini memberikan inventaris yang berikut: tiga divisi komando strategies; 150 batalyon pasukan serbu; 200 tank perang utama yang akan disebar di Kalimantan dan Nusa Tenggara Barat; 540 kendaraan lapis baja yang dibuat oleh Pindad untuk batalyon infanteri mekanik; 320 kendaraan dengan meriam; 890 meriam dan artileri howitzer; 720 misil NDL; 20 helikopter tempur MI35; 26 helikopter transportasi MI17; 1.300 misil anti-tank; 60 misil anti-pesawat baru; dan 700 misil strategis jenis Pindad-Lapan.



:Indonesia akan membeli delapan helikopter Apache dari Amerika Serikat, yang disebut-sebut menjadi sebuah tanda bagi kedua negara untuk memperkuat hubungan menyangkut peningkatan keamanan kawasan.

Menurut laporan AFP seperti yang dipantau ANTARA, Kamis, pembelian itu diungkapkan Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton setelah melakukan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri RI Marty Natalegawa di Washington, Kamis.

Hillary mengatakan Pemerintah AS telah "menginformasikan kepada Kongres tentang potensi penjualan delapan helikopter AH-64D Apache Longbow kepada pemerintah Indonesia."

"Perjanjian ini akan memperkuat kemitraan menyeluruh kita dan membantu meningkatkan keamanan di kawasan," ujar Hillary.

Ia tidak menyebutkan nilai penjualan kedelapan Apache yang akan dibeli oleh Indonesia itu.

Menlu Marty Natalegawa dan Menlu Hillary Clinton pada Kamis masing-masing memimpin delegasi kedua negara melakukan Pertemuan Komisi Bersama (JCM) RI-AS yang ketiga setelah mereka sebelumnya melakukan pertemuan sdrupa di Washington DC pada tahun 2012 dan di Bali tahun 2011.

Komisi Bersama itu merupakan mekanisme kerangka kemitraan menyeluruh, yang secara resmi diluncurkan tahun 2010 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Barack Obama ketika Obama berkunjung ke Indonesia.

Sementara itu, seperti yang diungkapkan Departemen Luar Negeri AS pada laman mereka, Hillary menyebut Indonesia sebagai "mitra yang alami" bagi AS dan menekankan pentingnya hubungan kedua negara menyangkut stabilitas kawasan.

"Sebagai negara demokrasi terbesar kedua dan ketiga di dunia, kita adalah mitra alami, dan Amerika Serikat melihat Indonesia sebagai landasan bagi stabilitas di kawasan Asia Pasifik," ujarnya.

Menlu Hillary mengatakan hubungan AS dengan Indonesia adalah pondasi kuat bagi pertumbuhan ekonomi.

Ia menyebutkan, sejak tahun 2000, perdagangan bilateral kedua negara telah berlipat ganda hingga mencapai 27 miliar dolar AS (sekira Rp257,9 triliun) tahun lalu.

"Perjanjian senilai 21 miliar dolar (Rp200,6 triliun) antara Lion Air dan Boeing merupakan yang terbesar dalam sejarah Boeing," ujar Hillary.

Boeing mencetak rekor penjualan dalam sejarahnya --baik dalam nilai transaksi maupun jumlah unit yang dipesan, setelah maskapai penerbangan Indonesia, Lion Air, memesan 230 unit pesawat buatan Boeing, yaitu terdiri dari 201 unit jenis 737 MAX dan 29 unit Next Generation 737-900.

Penandatangan perjanjian pembelian itu dilakukan oleh Presiden Direktur Lion Air, Rusdi Kirana, dan Wakil Presiden Boeing, Roy Connor, dengan disaksikan oleh Presiden Barack Obama di sela-sela KTT Asia Timur di Bali pada November 2011.

"Sektor gas alam Amerika telah menarik investasi dari perusahaan-perusahaan energi Indonesia di sini. Sebuah Nota Kesepahaman antara Pemerintah Indonesia dan Celanese, yaitu sebuah perusahaan Amerika, kemungkinan mengarah kepada fasilitas baru bernilai miliaran dolar yang akan mengubah batu bara menjadi etanol," tambah Hillary.

Menlu Marty Natalegawa sepakat dengan mitranya itu bahwa Indonesia dan AS memiliki kemitraan yang kuat.

"Kemitraan yang menguntungkan kedua belah pihak dan pada saat yang sama meluas di luar tingkat bilateral, ditambatkan dan dikendalikan oleh keyakinan kuat kedua negara bagi perdamaian, stabilitas dan kemakmuran di kawasan Asia Pasifik," kata Marty.

INDONESIA AKAN SEGERA AKUISISI 8 UNIT APACHE AH-64D




:Indonesia akan membeli delapan helikopter Apache dari Amerika Serikat, yang disebut-sebut menjadi sebuah tanda bagi kedua negara untuk memperkuat hubungan menyangkut peningkatan keamanan kawasan.

Menurut laporan AFP seperti yang dipantau ANTARA, Kamis, pembelian itu diungkapkan Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton setelah melakukan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri RI Marty Natalegawa di Washington, Kamis.

Hillary mengatakan Pemerintah AS telah "menginformasikan kepada Kongres tentang potensi penjualan delapan helikopter AH-64D Apache Longbow kepada pemerintah Indonesia."

"Perjanjian ini akan memperkuat kemitraan menyeluruh kita dan membantu meningkatkan keamanan di kawasan," ujar Hillary.

Ia tidak menyebutkan nilai penjualan kedelapan Apache yang akan dibeli oleh Indonesia itu.

Menlu Marty Natalegawa dan Menlu Hillary Clinton pada Kamis masing-masing memimpin delegasi kedua negara melakukan Pertemuan Komisi Bersama (JCM) RI-AS yang ketiga setelah mereka sebelumnya melakukan pertemuan sdrupa di Washington DC pada tahun 2012 dan di Bali tahun 2011.

Komisi Bersama itu merupakan mekanisme kerangka kemitraan menyeluruh, yang secara resmi diluncurkan tahun 2010 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Barack Obama ketika Obama berkunjung ke Indonesia.

Sementara itu, seperti yang diungkapkan Departemen Luar Negeri AS pada laman mereka, Hillary menyebut Indonesia sebagai "mitra yang alami" bagi AS dan menekankan pentingnya hubungan kedua negara menyangkut stabilitas kawasan.

"Sebagai negara demokrasi terbesar kedua dan ketiga di dunia, kita adalah mitra alami, dan Amerika Serikat melihat Indonesia sebagai landasan bagi stabilitas di kawasan Asia Pasifik," ujarnya.

Menlu Hillary mengatakan hubungan AS dengan Indonesia adalah pondasi kuat bagi pertumbuhan ekonomi.

Ia menyebutkan, sejak tahun 2000, perdagangan bilateral kedua negara telah berlipat ganda hingga mencapai 27 miliar dolar AS (sekira Rp257,9 triliun) tahun lalu.

"Perjanjian senilai 21 miliar dolar (Rp200,6 triliun) antara Lion Air dan Boeing merupakan yang terbesar dalam sejarah Boeing," ujar Hillary.

Boeing mencetak rekor penjualan dalam sejarahnya --baik dalam nilai transaksi maupun jumlah unit yang dipesan, setelah maskapai penerbangan Indonesia, Lion Air, memesan 230 unit pesawat buatan Boeing, yaitu terdiri dari 201 unit jenis 737 MAX dan 29 unit Next Generation 737-900.

Penandatangan perjanjian pembelian itu dilakukan oleh Presiden Direktur Lion Air, Rusdi Kirana, dan Wakil Presiden Boeing, Roy Connor, dengan disaksikan oleh Presiden Barack Obama di sela-sela KTT Asia Timur di Bali pada November 2011.

"Sektor gas alam Amerika telah menarik investasi dari perusahaan-perusahaan energi Indonesia di sini. Sebuah Nota Kesepahaman antara Pemerintah Indonesia dan Celanese, yaitu sebuah perusahaan Amerika, kemungkinan mengarah kepada fasilitas baru bernilai miliaran dolar yang akan mengubah batu bara menjadi etanol," tambah Hillary.

Menlu Marty Natalegawa sepakat dengan mitranya itu bahwa Indonesia dan AS memiliki kemitraan yang kuat.

"Kemitraan yang menguntungkan kedua belah pihak dan pada saat yang sama meluas di luar tingkat bilateral, ditambatkan dan dikendalikan oleh keyakinan kuat kedua negara bagi perdamaian, stabilitas dan kemakmuran di kawasan Asia Pasifik," kata Marty.

Leopards, Submarines and Sukhois


LATELY, there has been much news about procurement of military weapons and equipment, including Leopard tanks, submarines and Sukhoi fighter aircraft. Happily, Indonesia now has the resources to meet the needs of war and defense equipment.

Lamentably, the procurements have been negatively received by observers, politicians and the man in the street. Criticism against the Leopard tanks procurement questioned the decision not to buy from the Netherlands, but from Germany instead. Others have questioned the usefulness of Leopard tanks in Indonesia.


The planned purchase of submarines from South Korea would, it seems, not benefit Indonesian maritime defense as the submarines have insufficient deterrence effects on neighboring countries.


The acquisition of Russian-made Sukhois and used American F-16 aircraft is criticized due to technical specifications.


The problem is that people are not given correct explanations, and whether the procurements are truly necessary or appropriate is never clarified. There is no clear explanation as to why the country requires advanced war equipment to ensure our sovereignty and defend the country.


At present, we face a variety of challenges as a nation and do not have an overview of our military strategy as a whole.


Armed conflict often occurs as a result of border disputes. The Great Wall of China was built to secure the national border territory. Such a wall is obviously impractical in our case and the effort would make no sense since our borders are mostly at sea anyway.


Sea border areas, therefore, should be our priority, due to their importance in safeguarding the country against intrusion, and thus safeguarding national sovereignty as well as defending our national honor. The archipelagic nature of our country without doubt makes formidable naval power of the utmost importance in the critical sea border areas.


Sea power without the support of air defense (indeed air superiority) is a futile defense system. The areas surrounding the Malacca Strait and those bordering Timor Leste and Australia are considered critical areas.


To talk of national sovereignty and honor in terms of arms procurement, is: We are sovereign if any Indonesian citizen can freely fish within the country’s own waters without fear of obstruction from neighboring countries’ navies, whereas illegal forays into Indonesian waters by foreign fishing vessels have long been a problem.


Regarding our land borders, our country’s land sovereignty is ensured simply if the land border remains static.


On the other hand, Indonesian sovereignty over its own airspace over the Malacca Strait, in the form of Flight Information Region (FIR) management, should be returned to us, and at the very least be put under the tight control of our national aviation authority.


As an archipelagic nation, we need our Army, Navy and Air Force to be strong to protect the honor of the motherland.


It will be easier to explain the necessity to procure tanks, combatant ships and fighter aircraft; to protect the citizens and the country’s territory; to defend land, sea and air space sovereignty, when we accept the necessity of integrated effort from the Army, Navy and Air Force.

Serang Iran, Israel Harus Siapkan 40 Miliar Dolar



REPUBLIKA.CO.ID, Sebuah koran Rusia terkait kemungkinan serangan rezim Zionis Israel ke Iran menulis, segala bentuk serangan Tel Aviv ke Teheran dengan senjata konvensional memerlukan dana lebih dari 40 miliar dolar.

Koran Novye Izvestia pada Rabu (2/8) mengutip laporan institut Israel Business Data tentang kerugian Tel Aviv jika menyerang instalasi nuklir Iran menyebutkan bahwa jet-jet tempur Israel harus menempuh jarak yang sangat jauh untuk sampai ke target yang diinginkan dan harus menggunakan bom-bom canggih dengan harga yang melangit untuk menghancurkan pusat-pusat nuklir Iran yang berada di bawah gunung. Demikian televisi al-Alam melaporkan.


Koran tersebut menambahkan, serangan ke Iran tak diragukan lagi akan menimbulkan perang antara Israel dam Hizbullah Lebanon dan lebih buruk lagi para pejuang Hamas akan bergabung dengan Hizbullah dalam perang itu.


Menurut koran Novye Izvestia, propaganda penyerangan terhadap Iran saja telah merugikan ekonomi Israel karena banyak perusahaan-perusahaan besar internasional menarik investasinya dari Israel

Ternyata, "Drone" Israel Gampang "Loyo"


TEL AVIV-(IDB) : Catatan dari Harian Yedioth Ahronoth menunjukkan kalau beberapa pesawat tanpa awak yang biasa dipakai Angkatan Udara Israel (IAF) untuk pertempuran (UAV) alias "drone" buatan dalam negeri mengalami kerusakan mesin saat dioperasikan. Alih-alih sukses menggempur sasaran, pesawat canggih itu malah sering jatuh atau minimal, mendarat darurat.

Paling anyar, Senin (22/10/2012), koran Israel itu menulis soal sebuah "drone" yang terpaksa mendarat darurat meski sudah terbang menuju sebuah sasaran di Lebanon pada Minggu (21/10/2012). Sumber militer yang dikutip media itu mengatakan kalau "drone" naas tersebut terbilang piranti paling canggih rilisan bikinan perusahaan milik negara Israel, Israel Aerospace Industries. "Pesawat mengalami kerusakan mesin," begitu kata sumber tersebut.

Seminggu sebelumnya, miniatur "drone" berjuluk Sky Rider yang bertugas mengumpulkan informasi taktis dinas rahasia terjerambab di Nablus, Tepi Barat. Beruntungnya, UAV tersebut ditemukan tim pencari dalam kondisi utuh. "Soalnya, bantalan udara sukses meredam jatuhnya pesawat," tutur sumber itu.

Pada Januari lalu, giliran Eitan atau yang sohor dengan nama lain Heron TP juga terseok-seok di udara untuk akhirnya jatuh mencium tanah. Insiden dalam uji coba itu terjadi di Pangkalan IAF Tel Nof.

Meski IAF menyembunyikan penyebab jatuhnya pesawat itu, media lokal mewartakan kalau Eitan mengalami patah pada kedua sayapnya. "Soalnya pesawat itu keberatan beban karena mengangkut perangkat-perangkat kamera dan radar," tulis media tersebut.

Anggaran Program Drone Israel

Israel memang serius mengembangkan UAV di dalam negeri. Paling tidak, untuk membuat Eitan, Israel sudah merogoh kocek hingga 35 juta dollar AS per unit. Eitan sampai kini menjadi salah satu senjata andalan IAF di Skadron Ke-210.

Seorang pakar independen asal Israel yang tak disebutkan namanya sempat menganalisa kalau Eitan mampu membawa peluru kendali dan persenjataan lainnya hingga menembus jantung wilayah Iran. Padahal, jarak kedua negara mencapai 1.200 kilometer.

Israel saat ini memang menempatkan UAV sebagai pengembang tugas untuk menggempur Jalur Gaza. Tugas "drone" makin komplet mulai dari pengusung rudal mematikan, pencari persenjataan tersembunyi pihak Palestina, hingga pembunuh mereka yang oleh Israel disebut sebagai kelompok militan bersenjata.




Amerika Dan Israel Akan Segera Memulai Latihan Arhanud Terbesar


TEL AVIV-(IDB) : Angkatan Bersenjata Israel dan Amerika Serikat mulai latihan bersama perang sekaligus pertahanan udara dan anti-rudal terbesar yang melibatkan ribuan petugas dan sistem utama pertahanan rudal udara kedua bangsa. Demikian disampaikan kata Angkatan Bersenjata Israel kepada kantor berita RIA Novosti.

Pelatihan Tantangan Austere tersebut mengambil tempat di Israel dan perairan negara tetangga, melibatkan 3.500 tentara Amerika dan lebih dari 1.000 prajurit Israel.


“Persiapan untuk permainan perang itu telah dilakukan dua tahun dan sama sekali tidak terkait dengan kejadian terkini yang terjadi di Timur Tengah,” ungkap juru bicara militer dua Negara itu.


Pasukan AS akan menguji sistem pertahanan udara Aegis angkatan laut dan rudal Patriot berbasis darat mereka, sementara Israel akan menguji rudal Hetz-2 (Panah)-nya yang seperti Patriot, dirancang untuk mencegat rudal balistik.


Israel juga akan menguji sistem Iron Dome-nya yang dirancang untuk ditujukan roket jarak pendek yang secara teratur ditembakkan ke Israel dari wilayah Gaza.


Sebagian besar latihan akan terdiri dari komando dan kendali dalam lingkungan simulasi, tetapi akan mencakup beberapa penembakan dengan senjata tajam.


Pelatihan ini ditaksir menelan biaya masing-masing, Amerika serikat sebesar 30 juta dolar AS dan Israel delapan juta dolar AS.

Asa Indonesia Untuk Kembali Menjadi Macan Asia Segera Terwujud


JAKARTA-(IDB) : Lembaga globalfirepower pada 2012 menyatakan Indonesia sebagai negara ke- 18 dalam hal kekuatan militer. Namun,itu lebih karena kekuatan manusianya.

Adapun untuk kondisi alat utama sistem senjata (alutsista), Indonesia masih tertinggal dari negara-negara tetangga berperingkat Globalfirepower di bawah Indonesia. Dalam sejumlah kesempatan, seperti pada awal Agustus 2012 di Mabes TNI dan diulangi pada saat HUT Ke-67 TNI pada 5 Oktober 2012, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menegaskan betapa pentingnya penguatan pertahanan.

“Cita-cita dan semangat untuk tampil sebagai ‘macan asia’, itu masih. Lima tahun mendatang kita akan berubah, memiliki persenjataan, kita punya postur, punya alutsista. Saya minta dukungan rakyat, tidak boleh negara itu lemah dalam pertahanan. Nanti kalau lemah,mohon maaf,juga disepelekan negara-negara lain,” kata Presiden. Karena itu,pemerintah berkomitmen membangun pertahanan.

AlutsistaTNI diperkuat melalui program percepatan pembangunan kekuatan pokok minimum (minimum essential force/MEF).Pembangunan itu semata-mata untuk menjaga dan mempertahankan kedaulatan negara serta integritas wilayah. Komitmen pemerintah tersebut ditandai dengan terus ditingkatkannya anggaran untuk sektor pertahanan.Pada 2004,anggaran pertahanan hanya Rp21,7 triliun.

Kemudian meningkat pada 2006 menjadi Rp28 triliun. Selanjutnya Rp32,6 triliun pada 2007, Rp32,8 triliun pada 2008, dan meningkat lagi menjadi Rp33,67 triliun pada 2009. Sejak itu, anggaran terus bertambah hingga menjadi Rp42,8 triliun pada 2010, lalu naik menjadi Rp47,5 triliun pada 2011, dan Rp64,4 triliun pada tahun ini.Tahun depan, direncanakan naik lagi menjadi Rp77,7 triliun.Di luar anggaran APBN itu,ada dana khusus untuk percepatan pengadaan alutsista sesuai MEF senilai Rp156 triliun untuk kurun 2010-2014.

Target 40% MEF
Rencana strategis pengadaan alutsista sudah disusun dan mulai dijalankan.Selama 2010- 2012 pengadaan berbagai jenis alutsista dilakukan.Butuh proses panjang sebelum pengadaan alutsista benar-benar terealisasi. Pro dan kontra selalu terjadi. Peristiwa yang masih hangat adalah saat pengadaan Leopard, hibah F-16 dari AS, maupun pembelian Sukhoi dari Rusia. Pada 2011 lalu tercatat sejumlah alutsista diterima TNI.

Di antaranya helikopter M1-17 asal Rusia untuk TNI AD dan kapal angkut landing platform dock (LPD) untuk TNI AL.Tahun ini TNI AU menerima empat unit pesawat tempur taktis Super Tucano dari Brasil dan dua unit pesawat angkut ringan CN-295 asal Spanyol (bekerja sama dengan PT DI). TNI AL juga kembali menerima beberapa kapal cepat rudal (KCR).

Tak ketinggalan, TNI AD menerima tank tempur utama (MBT) Leopard, dan tank tempur medium Marder. Menurut Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro,hingga semester pertama 2014 akan ada sekitar 45 kegiatan pengadaan alutsista bergerak meliputi TNI AD,AL,AU. “Khusus untuk AU, alutsista bergerak 30%.Ada 14 jenis alutsista yang akan menambah kekuatan TNIAU,yakni pesawat tempur (5 jenis),pesawat angkut (3 jenis), helikopter (2 jenis), pesawat latih (2 jenis), UAV dan lainnya (2 jenis).Ini di luar radar,”sebutnya.

Untuk TNI AD, selain tambahan Leopard dan Marder, akan datang multi launcher rocket system (MLRS) dan meriam 155 mm/caesar.TNI AL di antaranya akan menerima kapal fregat, KCR, dan kapal selam. Dengan kondisi ini,pencapaian dari target MEF 2024 sudah bisa dirasakan cukup signifikan. “Pada akhir kabinet ini, saya yakin tidak hanya 30% untuk mencapai kemampuan pokok minimum, tapi saya yakin bisa mencapai 40%,” Purnomo meyakinkan.

Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono menuturkan, pemerintah tidak memprioritaskan matra tertentu saja untuk diperkuat dengan menomorduakan matra lain. “Masing-masing sudah punya prioritas, Angkatan Darat punya, Angkatan Laut punya, Angkatan Udara punya. Itu yang kita laksanakan,” katanya.Dia juga yakin pemenuhan MEF bisa lebih cepat dari yang direncanakan.

Artinya, program itu sudah bisa dicapai sebelum 2024. Pengamat militer dari Universitas Indonesia, Andi Widjajanto, menilai pengadaan alutsista yang berlangsung sekarang ini secara umum sudah sesuai rencana strategis (renstra). Andi menilai sekarang ini pemerintah sedang berusaha agar masing-masing angkatan memiliki senjata utama.“Platformnya apa yang perlu ditingkatkan sudah tepat,” katanya.

Sementara itu, gelontoran anggaran sektor pertahanan yang sangat besar dan terus meningkat tiap tahun diharapkan juga berdampak positif bagi kesejahteraan prajurit TNI.Pada akhirnya tidak saja alutsista TNI yang kuat, kesejahteraan prajurit juga meningkat.

Pemerintah meyakinkan bahwa kesejahteraan prajurit akan terus ditingkatkan secara bertahap sesuai kemampuan. “Sekarang sudah ada tujuh macam tunjangan bagi prajurit, di luar gaji pokok,” kata Purnomo.

Senin, 08 Oktober 2012

Menyibak Misteri “Lock” Sukhoi TNI-AU



31 Mar 2012 12:21:28 | by Admin | 15033 views | 9 comments

Hari jumat tanggal 20 Februari 2009 boleh jadi adalah momen berharga bagi Angkatan Udara Indonesia. Pasalnya, ini kali pertama jet tempur termodern TNI-AU, Su-30 Sukhoi dikabarkan di lock (dikunci) oleh sensor rudal pesawat tak dikenal. Sontak berita ini jadi headline di berbagai pemberitaan nasional. Ada yang menyebut dua Sukhoi TNI-AU di lock oleh pesawat tempur berkualifikasi stealth, ada lagi yang bilang Sukhoi di lock oleh kapal selam asing, lalu satelit, bahkan ada pendapat yang cukup aneh, Sukhoi telah di lock oleh UFO.

Salah satu Su-30MK2 yang dimiliki Indonesia


Opini di masyarakat pun berkembang luas. Mengatasi berita yang sumir, pihak Puspen TNI akhirnya memberi pernyataan bahwa dua Sukhoi mengalami kerusakan elektronik. Sejak saat itu berita Sukhoi di lock mulai sepi dari ulasan di berbagai media. Tapi peristiwa 20 Februari itu terus mengundang tanya, apakah mungkin dua jet tempur super canggih berharga ratusan juta US dollar itu mengalami kerusakan elektronik secara bersamaan? Terlebih lagi pesawat saat kejadian diawaki oleh instruktur pilot berpengalaman dari Rusia. Nah, ketimbang dibuat bingung, ada baiknya kita analisa mengenai beberapa kemungkinan yang terjadi pada hari jumat pagi itu.



Sukhoi di “lock” pesawat tempur




Kalaupun Sukhoi di lock rudal pesawat tempur, tentu tak sulit menemukan tersangkanya. Secara kemampuan militer, hanya Amerika Serikat dan Australia yang bisa “berani” untuk melakukan hal ini. Seandainya di lock oleh sosok pesawat stealth, AS lah yang mungkin terlibat. Tapi untuk misi ini membutuhkan pangkalan aju, semisal di Guam atau di Darwin (Australia Utara). bahkan boleh jadi perlu dukungan air refeuling untuk misi jarak jauh. Pesawat AS yang punya kemampuan stealth saat ini diantaranya F-22 Raptor, F-117 Night Hawk dan B-2 Spirit.


F22 pesawat tempur Amerika serikat


Tapi analisa diatas rasanya agak berlebih, mengingat untuk operasi macam ini butuh biaya besar dan beresiko tinggi. Risiko tinggi tentu bukan dari hadangan pesawat tempur TNI-AU, tapi lebih mungkin karena faktor alam. Maklum operasi digelar di lautan lepas yang faktor cuacanya sulit diduga. Kecuali AS punya niat untuk misi dagang, semisal membuktikan kecanggihan stealth F-22 Raptor kepada calon pembelinya. Ada lagi misteri di soal jarak kunci rudal, dikabarkan di media massa Sukhoi di lock dari jarak ratusan kilometer. Pertanyaanya, jenis rudal apakah yang bisa me lock dalam radius demikian jauh? Stoknya tak terlalu banyak dipasar, rudal udara ke udara yang punya jangkauan ini kandidatnya adalah AIM-7 Sparrow dan Phoenix. Tapi berdasar analisa lebih jauh, Phoenix lah yang paling mungkin dari segi teknis dengan jangkauan operasi sampai 200 Kilometer. Phoenix dahulu pernah dipakai F-14 Tomcat US Navy untuk menjatuhkan MIG-23 Flogger milik Libia. Tapi rudal era tahun 80-an ini sudah tergolong tua.


Seandainya memang benar Sukhoi TNI-AU di lock oleh pesawat stealth, saya yakin niatnya bukan untuk benar-benar menghancurkan, mungkin lebih tepat untuk trial response. Toh walau Sukhoi TNI AU canggih, belum dibekali paket senjata yang mematikan, seperti rudal udara ke udara. Senjata Sukhoi TNI AU baru sebatas kanon internal 30 mm. Moga-moga dengan adanya insiden ini membuat pemerintah terketuk untuk melengkapi sang Sukhoi dengan senjata yang bisa menggetarkan lawan. Apalah artinya pesawat tempur canggih tanpa bekal senjata yang mumpuni. Seyogyanya TNI AU harus belajar dari kasus F-16 yang cuma dibekali paket rudal AIM-P4 Sidewinder dan rudal udara ke darat AGM-65 Maverick.


Kembali ke hari dimana Sukhoi di lock, begitu ada kabar Sukhoi di kunci rudal sontak berita diteruskan ke pangkalan di Makassar dan pejabat Kohanudnas (Komando Pertahanan Udara Nasional). Maka diputuskanlah untuk menerbangkan Boeing 737-200 Surveillance Skadron 5 yang juga ber-home base di lanud Hassanudin Makassar, Sulawesi Selatan.


F22 pesawat tempur Amerika serikat


Dikabarkan Boeing 737 langsung melakukan pencarian obyek pesawat tak dikenal dalam jangkaun 370 Km, kemudian diteruskan ke arah selatan menuju Bali. Skadron 5 sendiri hanya punya 3 unit Boeing 737 Surveillance, dan diterbangkan secara bergantian. Pertanyaanya, apakah efektif pencarian pesawat penyusup dengan Boeing 737 tersebut? Boeing 737 Surveillance terbilang pesawat pengintai canggih di era tahun 80-an. Salah satu andalannya adalah radar pengintai laut SLAMMER (Side Looking Airborne Multimission Radar) yang bisa memantau aktivitas di lautan sepanjang area 85 ribu mil per jam (lihat artikel Boeing 737 Surveillance – Jet Pengintai TNI-AU). Tapi Boeing 737 surveillance TNI AU tak bisa disamakan dengan pesawat intai E-3A AWACS ataupun E-2C Hawkeye. Kemampuan penjejakan Boeing 737 surveillance bukan untuk keunggulan intai aktivitas di udara, melainkan untuk intai laut.


Seandainya Boeing 737 surveillance TNI AU diberi tugas intai mendadak pada pagi itu, apakah pesawat tersebut bisa diterbangkan dengan cepat? Apakah Boeing 737 bisa scramble secepat pesawat tempur? Meski menyandang status pesawat militer, Boeing 737 surveillance TNI AU tak beda jauh dengan performa mesin Boeing 737 milik penerbangan komersial. Tentu dibutuhkan waktu dan persiapan untuk mengudara. Belum lagi Lanud (pangkalan udara) menyatu dengan bandara Hassanudin, tentu diperlukan koordinasi bila butuh terbang mendadak dengan pihak ototitas penerbangan sipil di bandara, dalam hal ini PT Angkasa Pura.


Dengan skenario ini, terlihat tidak efektif bila Boeing 737 surveillance diberi tugas intai pengejaran. Tentu ada banyak jeda waktu yang terbuang sampai Boeing 737 surveillance hadir di TKP (tempat kejadian perkara). Belum lagi bila yang dihadapi pesawat jet tempur, tentu kecepatan escape nya luar biasa cepat, secepat-cepatnya Boeing 737 mengejar tentu tak akan ada hasilnya. Obyek pesawat juga tak akan bisa terlihat lagi dari layar radar. Menurut pemberitaan, seluruh satuan radar baik sipil dan militer di darat tak ada yang melihat aktivitas black flight. Seandainya benar yang menyusup pesawat stealth, harus diacungi jempol kemampuan pesawat tersebut.


Apakah Ulah Australia?


Australia punya reputasi tinggi pada soal susup menyusup ke wilayah Indonesia. Pasca jejak pendapat di Timor Timur, beberapa kali F-18 Hornet AU Australia kerap masuk jauh ke wilayah udara Indonesia. Salah satu peristiwa yang membuat heboh saat Hawk 200 TNI AU mampu menyergap black flight F-18 Hornet Australia. Hornet dan F-111 Raven Australia diduga juga pernah terbang tinggi diatas lanud Kupang. Sayang Arhanud Indonesia tak memliki rudal anti pesawat jarak jauh seperti SA-2 di era tahun 60-an. Hanya sekedar analisa, insiden Sukhoi di lock bukan tak mungkin melibatkan Australia. Secara geografis hal ini dimungkinkan mengingat wilayah laut Sulawesi Selatan masih dalam jangkauan pesawat tempur Australia yang bermarkas di lanud Tindal, Darwin, Australia Utara. Apalagi dengan konsep isi bahan bakar di udara segalanya menjadi mungkin.


Walau F-111 Raven dan F-18 Hornet tak memiliki kemampuan steatlh, bukan tak mungkin ada peningkatan kemampuan radar dan persenjataan dengan restu AS. Kabar terbaru AU Australia segera akan diperkuat oleh 24 armada F-18 Super Hornet. Ataukah sebuah penerbangan gelap F-22 Raptor take off dari Darwin? Walahualam..




Sukhoi di Lock Kapal Selam?




Kemampuan perang ekektronik memungkinkan segalanya bisa dilakukan, sebuah kapal selam dapat melepasan rudal dari bawah permukaan laut ke target berupa pesawat, tentu didahului dengan lock missile. Salah satu rudal dengan kemampuan ini adalah sea sparrow. Jenis kapal selam yang bisa melakukan hal ini rasanya hanya milik US Navy, seperti kelas Los Angeles .




USS Los Angels




Skenario lock dari kapal selam mencuat karena kebuntuan hasil pencarian dari pesawat intai. Banyaknya celah laut Indonesia, memungkinkan kapal selam asing menyusup jauh ke wilayah perairan kita tanpa terditeksi. Ditambah masalah jumlah kapal perang TNI AL yang punya kemampuan anti kapal selam masih sangat terbatas.


Gara-Gara Rombongan Hilary?


Skenario ini paling kecil kemungkinannya, tapi insiden Sukhoi di Lock tak jauh dari waktu kedatangan menlu AS, Hilary Clinton di Indonesia. Bisa saja saat kedatangan ataupun kepergian Hilary dari wilayah Indonesia, pihak rombongan kurang “nyaman” dengan manuver latihan Sukhoi, lantas di lock jamming lah kedua pesawat TNI AU itu. Berpulang kepada hal diatas, semua yang saya ungkapkan hanyalah opini pribadi. Tetap terbuka kemungkinan bahwa semua ini adalah karena problem kerusakan elektronik semata. Mohon maaf sekiranya bila ada detail info yang kurang akurat dan benar. Yang jelas dalam dunia teknologi militer impossible is nothing.

Angkatan Udara Indonesia 2005 Vs Angkatan Udara Indonesia 2014




21 Apr 2012 11:15:17

Berjumpa kembali dengan saya, sang Kaskus Militer Silent Reader sebagai admin di AnalisisMiliter.com ini. Sudah beberapa hari ini saya tidak memposting artikel dikarenakan kesibukan saya. Maklum lah, ada banyak hal yang harus saya kerjakan selain menulis artikel. Nah kali ini saya melakukan update artikel lagi karena ada beberapa permintaan dari pembaca yang mengharapkan saya selalu mengupdate artikel di blog ini. Saya sungguh senang kalau artikel saya diminati banyak pembaca, dan saya juga senang semakin banyak pembaca yang mau terlibat dalam diskusi di form komentar dibagian akhir setiap artikelnya. Namun saya mau menantang semua pembaca untuk tidak hanya sekedar membaca artikel saja, namun juga terlibat aktif dalam diskusi di form komentar agar kita sama-sama mendapatkan informasi yang terupdate.


Pada artikel kali ini saya ingin membuat sebuah analisa mengenai perbedaan kekuatan militer Indonesia pada tahun 2005 dan pada tahun 2014 nanti. Dan pada artikel kali ini saya lebih menitik beratkan pada kekuatan Angkatan Udara Indonesia. Hal ini memang saya sengaja, karena saya memang memiliki minat yang lebih tinggi untuk angkatan udara disbanding dengan angkatan lainnya. Tapi tenang, dilain waktu saya juga akan membuat artikel sejenis untuk angkatan lainnya.



Mungkin anda bertanya-tanya kenapa perbandingan AU Indonesia harus di tahun 2005 dan 2014? Kenapa tidak tahun yang lain? Ya benar, bahwa saya memiliki alas an kenapa saya memilih tahun tersebut. Alasan pertama saya memilih tahun 2005 adalah karena pada tahun itulah Angkatan Udara Indonesia baru terlepas dari embargo militer Amerika dan Sekutunya dari tahun 1999 – 2005. Sehingga pada tahun itu, kita akan melihat bagaimana keadaan AU Indonesia dan pengaruh embargo terhadapnya. Kemudian untuk tahun 2014 saya pilih, karena pada tahun tersebut
Rensatra I MEF (CMIIW ya), akan selesai dilaksanakan. Sehingga pada kedua tahun tesebut kita akan melihat perbedaan yang signifikan.


Angkatan Udara Indonesia 2005



Seperti tulisan saya sebelumnya yang berjudul
Embargo Militer : Masa Suram Alutsista Militer Indonesia , saya sudah menjabarkan bagaimana lemahnya militer Indonesia akibat embargo ini. Nah pada saat itu kekuatan Udara Indonesia yang mayoritas alutsistanya adalah buatan Amerika dan Sekutunya, mengalami kesulitan suku cadang sehingga tidak semua pesawat bisa di terbangkan.


Pada tahun 2005, angkatan udara Indonesia hanya terdiri dari :


 10 F-16 A/B block 15 OCU buatan Amerika
 12 F-5 E/F buatan Amerika
 4 SU-27/30 buatan Rusia
 40 Hwak-109/209 buatan Inggris
 Beberapa OV-10 Bronco buatan Amerika
 Beberapa Hwak-53 buatan Inggris
 20-30 C-130 Hercules buatan Amerika
 Dan pesawat-pesawat lainnya.



Nah dari daftar diatas, dikarenakan embargo hampir sebagian besar tidak layak terbang karena terbatasnya suku cadang yang dimiliki TNI AU. Sebagai contoh dari 10 F-16 yang dimiliki Indonesia, tidak lebih dari 4 pesawat saja yang bisa diterbangkan. Itupun dengan cara melakukan kanibalisasi terhadapt pesawat F-16 lainnya, sehingga pesawat yang dikanibalisasi bisa diambil bagiannya untuk dijadikan spare part bagi pesawat F-16 lainnya. Demikian juga untuk pesawat Hwak-209/109 yang merupakan buatan Inggris, yang juga kena imbas dari embargo ini. Dari 40 pesawat seri Hwak ini, sebagian besar juga tidak dapat diterbangkan karena masalah yang sama yaitu kekurangan suku cadang.



Demikian halnya dengan pesawat fighter lainnya yaitu F-5 E/F yang juga terimbah dampak embargo. Senasib dengan F-16, dari sekian banyak jumlah F-5 yang dimiliki TNI AU tercatat hanya beberapa yang layak terbang karena alasan yang sama yaitu kelangkaan suku cadang. Untuk pesawat tua semacam OV-10 Bronco dan Hwak-53 juga mengalami nasib yang tidak jauh berbeda. Demikian juga untuk pesawat angkut C-130 Hercules yang juga buatan Amerika. Pesawat ini juga mengalami nasib yang sama, kebanyakan pesawat tersebut terpaksa di Grounded karena kurangnya suku cadang akibat embargo.



OV-10 Bronco yang pernah digunakan TNI AU



Nasib berbeda diperlihatkan oleh pesawat 2 Sukhoi-27 SK dan 2 Sukhoi-30 MK yang termasuk pesawat baru (dibeli tahun 2003) dan dibeli dari Rusia. Pesawat ini tidak mengalami dampak langsung dari embargo, akan tetapi pesawat ini tidak dilengkapi dengan senjata rudal, tetapi hanya senjata standard yaitu internal canon. Itu artinya 4 Sukhoi milik TNI AU ini, ketika itu ibarat macan ompong yang hanya bisa mengaum dan menakut-nakuti musuhnya tanpa bisa menggigit dan mencakar. Pesawat ini termasuk pesawat hebat, namun tanpa rudal, Sukhoi ini tidak membawa dampak berarti bagi kekuatan Angkatan Udara Indonesia.



Jadi bisa kita tarik kesimpulan bahwa kesiapan pesawat-pesawat TNI AU ketika itu sangat rendah dan sangat membahayakan bagi kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.



Angkatan Udara Indonesia 2014



Belajar dari dampak embargo terhadap TNI AU, maka Angkatan Udara Indonesia melakukan beberapa perubahan mendasar dalam melakukan modernisasi keuatannya. Pihak terkait selalu mengedepankan syarat bebas embargo dalam membeli atau mendapatkan alutsista baru. Hal ini memang tidak berjalan mulus 100%, namun setidaknya itu sudah menunjukkan bahwa kita sudah memiliki strategi untuk menghindari dampak embargo di kemudian hari. Indonesia juga tidak lagi ‘hanya’ membeli peralatan dari pihak Barat tetapi juga dari Timur, walaupun belum 100% terhindar dari kemungkinan embargo.



Akhir-akhir ini kita sering mendengar berita yang menyatakan bahwa ada banyak sekali pembelian yang dilakukan untuk memperkuat Angkatan Udara Indonesia. Diantaranya adalah sebagai berikut :

 Hibah 24 F-16 C/D Block 25 Upgrade setara block 52
 6 Sukhoi-30 MK2 dari Rusia (penambahan dari 10 SU yang ada)
 9 C-295 dari Spanyol
 16 T-50 dari Korea Selatan
 16 Super Tucano dari Brazil
 Hibah 4 C-130 H dari Australia
 Upgrade beberapa pesawat C-130 TNI AU
 Upgrade 10 F-16 TNI AU sepaket dengan Hibah 24 F-16 dari Amerika.
 Sejumlah Helicopter buatan PT DI lisensi dari luar negeri



Daftar diatas adalah daftar yang saya ketahui sudah ada kesepakatan dan kalau tidak ada masalah muncul, akan direalisasikan sebelum tahun 2014 ini berakhir. Salah satu lagi list yang tidak didaftarkan diatas adalah
Hibah 16 F-5 dari Korea Selatan yang merupakan ‘hadiah’ atas kesedian Indonesia menjadi pembeli pertama pesawat latih T-50 buatan Korea Selatan. Namun untuk hibah ini saya belum berani mencantumkannya karena saya belum mendapat informasi valid tentang itu, walaupun saya pernah mendengar Menteri Pertahanan mengeluarkan statement seperti ini.


Pesawat Latih T-50 dari Korea Selatan



Dari data diatas maka di tahun 2014 kita akan melihat kekuatan udara Indonesia seperti di bawah ini :

 34 F-16 ‘C/D’ setara block 52 buatan Amerika
 12 F-5 E/F buatan Amerika (menjadi 28 F-5 jika hibah dari Korsel jadi)
 16 SU-27/30 buatan Rusia
 40 Hwak-109/209 buatan Inggris
 16 Super Tucano buatan Brazil
 16 T-50 (pesawat latih tempur) buatan Korea Selatan
 20-30 C-130 Hercules buatan Amerika
 9 C-295 buatan Spanyol ( 2 dibuat di Spanyol, sisanya dirakit PT DI)
 Penambahan Helicopter TNI AU (jenis saya kurang tau)



Dan dengan berakhirnya embargo dan dukungan pemerintah untuk memodernisasi TNI AU, saat ini kesiapan pesawat TNI AU setiap harinya sudah berada di kesaran 70% dari semua inventory yang ada. Maka dari itu, pada tahun 2014 kita akan melihat kekuatan TNI AU yang cukup bisa mengimbangi Negara tetangga, walaupun belum menjadikan TNI AU sebagai
First Class Air Force di Asia Tenggara. Namun ini merupakan permulaan dari MEF untuk modernisasi militer Indonesia. Modernisasi ini akan terus berlangsung dimasa yang akan datang.


Kesimpulan Akhir



Dari penjelasan diatas, bisa kita lihat bahwa ada perbedaan yang cukup significan yang akan terjadi di kekuatan Angkatan Udara kita. Kalau di tahun 2005, ada begitu banyak Negara yang memandang Indonesia dengan sebelah mata, maka di tahun 2014, Negara tetangga kita minimal harus menggunakan ‘3/4’ matanya untuk melihat Indonesia. Mudah-mudahan di waktu kedepan, semua Negara akan memandang Indonesia dengan semua matanya tanpa terkecuali, kalau perlu dan kalau memungkinkan, mudah-mudahan suatu saat nanti Negara tetangga akan melihat Indonesia dengan mata memelas seperti ketika jaman Presiden Soekarno dulu. Semuanya bukan untuk menindas Negara lain, melainkan untuk mempertahankan setiap jengkal kedaulatan NKRI.



Sekian dulu analisa dari saya, besar harapan saya analisa ini bisa memberikan pencerahan bagi kita semua. Namun jika di artikel ini terdapat kesalahan saya memohon maaf karena saya hanyalah orang yang awam. Untuk itu saya sangat mengharapkan koreksi dan komentar dari pembaca sekalian.





Sumber : http://analisismiliter.com

Indonesia Produksi Rudal Bersama China Untuk Antisipasi Embargo Amerik


JAKARTA-(IDB) : Rencana untuk memproduksi bersama misil itu pertama muncul bulan Juli, pembicaraan yang kemudian dilanjutkan ketika Menteri Luar Negeri Tiongkok Yang Jiechi berkunjung ke Jakarta minggu lalu.

Kementerian Pertahanan Indonesia menegaskan bahwa perjanjian untuk produksi misil itu akan ditandatangani Indonesia dan Tiongkok bulan Maret 2013.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia Michael Tene mengatakan, kerjasama itu merupakan bagian dari tujuan yang lebih luas untuk meningkatkan kemampuan militer Indonesia.

“Kami membangun hubungan dekat dengan semua negara sahabat untuk mengembangkan kemampuan pertahanan kami, bukan hanya melalui perbekalan, tetapi juga investasi dan produksi bersama untuk meningkatkan kemampuan kami mengembangkan industri pertahanan dan tentu saja dengan Tiongkok juga, kami punya banyak kerjasama untuk mengembangkan industri di bidang itu,” papar Tene.

Rencana produksi misil bersama itu dikemukakan selagi ketegangan memuncak di Laut Cina Selatan.

Menteri-menteri ASEAN bulan lalu gagal menyepakati tata perilaku multilateral untuk menyelesaikan klaim-klaim teritorial yang tumpang tindih.

Para analis politik mengatakan kegagalan itu mengakibatkan tata perilaku multilateral itu lebih memperkuat posisi Tiongkok untuk mendominasi sengketa bilateral dengan negara-negara yang lebih kecil di kawasan itu.

Namun, Kementerian Pertahanan Indonesia menyangkal bahwa rencana untuk memproduksi misil laut berjangkauan 120 kilometer dengan bantuan Tiongkok adalah mengenai pembangunan aliansi yang lebih kuat terkait sengketa maritim itu.

Analis pertahanan Universitas Indonesia Yohannes Sulaiman mengatakan, Indonesia hanya berusaha mendesakkan tawaran terbaiknya yang bisa diperoleh dan tetap tergantung pada Amerika untuk piranti keras militernya.

“Jika hal yang tidak diinginkan terjadi di Papua, Amerika akan melakukan embargo militer dan kita akan kekurangan pasokan. Itulah sebabnya militer berusaha memperluas hubungannya, khususnya dengan Tiongkok, sebagai pemasok lain senjata,” ujar Sulaiman.

Amerika memberlakukan embargo militer enam tahun terhadap Indonesia tahun 1999 terkait isu HAM di Timor Timur.

Sulaiman mengatakan banyak perwira militer dan jenderal Indonesia menyampaikan keprihatianan bahwa tuduhan pelanggaran HAM di Papua Barat yang kaya mineral bisa memicu embarago lainnya.

Pada saat bersamaan, katanya, Indonesia hampir tidak punya strategi besar mengenai bagaimana menanggapi kekuatan regional saat ini yang dimainkan Amerika dan Tiongkok.

Sementara Indonesia mengembangkan hubungan dengan semua pihak yang terkait sengketa Laut Cina Selatan, Amerika minggu ini memperingatkan bahwa ada upaya untuk memecah belah dan menguasai Laut Cina Selatan, dan mengulangi dukungannya atas tata perilaku multilateral di jalur perdagangan global itu. 


JAKARTA-(IDB) : Modernisasi Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) TNI terus dikembangkan. Kali ini, sejata jenis SS2-V4 menjadi kebanggaan Kostrad TNI AD. Senapan serbu ini dapat membunuh musuh dengan sekali tembakan.

Senapan Serbu 2 Varian 4 atau SS2-V4 bakal menjadi senjata andalan Kostrad. Yang berkesempatan pertamakali memanggul senjata seberat 3,1 Kg ini adalah Yonif Linud 503 Kostrad TNI AD. Senjata ini dapat digunakan di segala medan.

Dibandingkan dengan senapan generasi sebelumnya, SS1-V4, yang jarak tembaknya hanya 400 meter, beberapa kelebihannya SS2-V4 adalah, bisa menembak sasaran maksimum 500 meter masih sangat akurat.

Selain itu, para prajurit Kostrad bisa menembak sasaran dengan tepat karena senjata pabrikan PT Pindad ini menggunakan teleskop. Jika automatic diaktifkan, 15 detik bisa memuntahkan 30 butir peluru dalam magazine ke arah sasaran.

Ditemui di Markas Batalyon, Komandan Yonif Linud 503 Kostrad, Letkol Inf. Teguh Pudji mengatakan, rencana senjata ini akan digunakan untuk tugas di perbatasan Indonesia dan Timor Leste di Atambua NTT pada Januari 2013 mendatang.

"Memang senjata baru ini baru diberikan langsung dari Mabes TNI ke Yonif Linud 503. Semua Batalyon belum memiliki senapan serbu ini," ujarnya kepada detiksurabaya.com di Lapangan Tembak Mayangkara, Minggu (7/10/2012) siang.

Rencananya, sekitar 650 prajurit Yonif Linud 503 Kostrad yang bertugas ke Atambua NTT akan menggukan senjata ini untuk menjaga keutuhan NKRI. "Semoga Alutsista TNI semakin maju untuk mengaja kedaulatan NKRI," pungkasnya.

Senjata SS2-V4 Pindad Resmi Perkuat Kostrad


JAKARTA-(IDB) : Modernisasi Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) TNI terus dikembangkan. Kali ini, sejata jenis SS2-V4 menjadi kebanggaan Kostrad TNI AD. Senapan serbu ini dapat membunuh musuh dengan sekali tembakan.

Senapan Serbu 2 Varian 4 atau SS2-V4 bakal menjadi senjata andalan Kostrad. Yang berkesempatan pertamakali memanggul senjata seberat 3,1 Kg ini adalah Yonif Linud 503 Kostrad TNI AD. Senjata ini dapat digunakan di segala medan.

Dibandingkan dengan senapan generasi sebelumnya, SS1-V4, yang jarak tembaknya hanya 400 meter, beberapa kelebihannya SS2-V4 adalah, bisa menembak sasaran maksimum 500 meter masih sangat akurat.

Selain itu, para prajurit Kostrad bisa menembak sasaran dengan tepat karena senjata pabrikan PT Pindad ini menggunakan teleskop. Jika automatic diaktifkan, 15 detik bisa memuntahkan 30 butir peluru dalam magazine ke arah sasaran.

Ditemui di Markas Batalyon, Komandan Yonif Linud 503 Kostrad, Letkol Inf. Teguh Pudji mengatakan, rencana senjata ini akan digunakan untuk tugas di perbatasan Indonesia dan Timor Leste di Atambua NTT pada Januari 2013 mendatang.

"Memang senjata baru ini baru diberikan langsung dari Mabes TNI ke Yonif Linud 503. Semua Batalyon belum memiliki senapan serbu ini," ujarnya kepada detiksurabaya.com di Lapangan Tembak Mayangkara, Minggu (7/10/2012) siang.

Rencananya, sekitar 650 prajurit Yonif Linud 503 Kostrad yang bertugas ke Atambua NTT akan menggukan senjata ini untuk menjaga keutuhan NKRI. "Semoga Alutsista TNI semakin maju untuk mengaja kedaulatan NKRI," pungkasnya.

Asia Kini Pasar Bisnis Bagi Produsen


 

Para produsen senjata internasional tengah mengalihkan perhatian dari pasar tradisional di negara-negara Barat, yang tengah kesulitan keuangan. Mereka mulai fokus ke Asia, yang tergolong pasar yang atraktif karena sedang didukung dana yang kuat dan mulai intensif memperkuat alat utama sistem persenjataan masing-masing.

Menurut kantor berita Reuters, Asia kini menjadi pasar yang bagus bagi pembuat senjata, peralatan komunikasi, dan sistem pemantauan. Dua perusahaan senjata asal Amerika, Lockheed Martin dan Boeing Defence, telah membuat proyeksi bahwa kawasan Asia Pasifik bakal menyumbang 40 persen dari pendapatan internasional.

Ini terkait dengan ketegangan di perairan Asia, yang melibatkan sejumlah negara. "Situasi maritim di Pasifik tengah mendapat perhatian banyak pihak," kata Jeff Kohler, wakil presiden Boeing Defence, saat berbicara di sela pameran Singapore Airshow beberapa waktu lalu.

Tidak hanya perusahaan-perusahaan Amerika yang bersiap menangguk untung dari bisnis alutsista di Asia. Para pebisnis dari Eropa pun membidik pasar serupa. Sejumlah negara di Asia Tenggara merupakan pasar andalan. 

Vietnam, misalnya. Menurut Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), sebanyak 97 persen dari persenjataan utamanya --termasuk fregat, pesawat tempur, dan sistem rudal maritim Bastion-- berasal dari Rusia selama 2007-2011. Bahkan, menurut lembaga itu, Vietnam kini bakal mendiversifikasi sumber alutsista dari Belanda dan AS.

Filipina diketahui mengandalkan alutsista dari AS. Sebanyak 90 persen persenjataannya buatan Negeri Paman Sam. Negara itu kini berencana memutakhirkan alutsistanya dalam kurun lima tahun untuk mengantisipasi ancaman dari China, saat kedua negara itu tengah memperebutkan wilayah di Laut China Selatan.

Tetangga Filipina, Thailand, juga memperkuat armada kapal patroli yang didesain perusahaan BAE Systems dari Inggris. Thailand juga berencana memodernisasi kapal fregat dan dalam lima tahun, akan membeli dua kapal.

Singapura, selama ini membeli sebagian besar alutsistanya dari AS, Prancis, dan Jerman. Singapura telah memesan jet tempur F-15SG dari Boeing Co di AS dan dua kapal selam kelas Archer dari Swedia untuk menambah armada mereka. Sebelumnya, negara-kota itu sudah mempunyai empat unit kapal selam Challenger. Indonesia dan Malaysia pun tengah memodernisasi alutsista masing-masing. 

Korea Selatan Perpanjang Jangkauan Rudalnya


SEOUL-(IDB) : Korea Selatan mengumumkan negara itu mencapai kesepakatan dengan Amerika Serikat untuk memperpanjang jangkauan rudalnya hingga hampir tiga kali lipat. 
Penasehat Keamanan Korea Selatan Chun Yung-Woo mengatakan berdasarkan kesepakatan itu Korea Selatan sekarang dapat meluncurkan rudal dengan jangkauan 800 kilometer atau lebih jauh dari jangkauan saat ini 300 kilometer. 
"Alasan utama mengapa pemerintah merevisi pedoman rudal ini adalah mencegah provokasi oleh Korea Utara. Bila Korea Utara melakukan serangan bersenjata atau provokasi terhadap kita, maka kita akan membuat potensi rudal nuklir Korea Utara menjadi tidak berdaya pada tahap awal," kata Chun Yung-Woo ketika mengumumkan kesepakatan di Seoul, Minggu(7/10). 
Berdasarkan kesepakatan dengan Amerika Serikat sebelumnya yang menjamin keamanan nasional Korea Selatan, jangkauan rudal Korea Selatan hanya 300 kilometer. 
Namun revisi dilakukan setelah Korea Utara berusaha meluncurkan roket jarak jauh pada April meskipun upaya itu gagal.

Menjangkau Korea Utara

Chun Yung-woo mengatakan muatan maksimum rudal dengan jangkauan 800 kilometer tersebut tetap sebesar 500 kilogram, tetapi rudal jarak lebih dekat mempunyai kapasitas angkut lebih besar. 
"Kami memperpanjang jangkauan rudal balistik dari 300 kilometer menjadi 800 kilometer. Dan batas daya muatannya adalah 500 kilogram untuk rudal balistik dengan jangkauan 800 kilometer, tetapi kami menerapkan sistem tukar --bila jangkauan rudal dikurangi maka berat muatan bisa ditambah," jelas Chun Yung-woo. 
Wartawan BBC di ibukota Korea Selatan, Seoul, Lucy Williamson melaporkan rudal Korea Selatan sekarang bisa menjangkau suluruh wilayah Korea Utara. 
Upaya peluncuran rudal Korea Utara pada April lalu, lapor Williamson, menambahkan kekhawatiran Korea Selatan mengenai kemampuannya untuk meredam ancaman dari negara tetangga. 
Amerika Serikat saat ini menempatkan 28.500 tentara di Korea Selatan dan menjamin adanya "payung" nuklir bila mendapat serangan atom. Sebagai syaratnya, Seoul harus bersedia membatasi kemampuan rudalnya.
;;;;;;;;

Perlombaan Alutsista Di Negara-Negara Asia Tenggara

Anggaran militer Singapura hampir dua kali lipat dari para tetangganya
Kapal selam Malaysia, KD Tunku Abdul Rahman
VIVA-(IDB) : Tidak hanya Indonesia yang tengah giat memperkuat alat utama sistem persenjataan. Tetangga-tetangganya di Asia Tenggara pun belakangan ini mempercanggih persenjataan mereka.

Menurut kantor berita Reuters, dengan bersumber dari sejumlah lembaga pengamat, setidaknya ada tiga negara ASEAN yang tengah memperkuat Alutsista. Indonesia sedang membeli sejumlah unit kapal selam dari Korea Selatan dan sistem radar maritim dari China dan AS. Vietnam pun menambah kapal selam dan jet tempur Rusia.

Singapura tak ketinggalan. Negeri mungil itu berstatus importir senjata terbesar kelima di dunia dan terus menambah persenjataan yang canggih. Mengantisipasi pengembangan kekuatan militer China dan juga didukung pertumbuhan ekonomi yang sedang pesat, negara-negara Asia Tenggara lagi jor-joran membelanjakan anggaran militer demi memperkuat jalur pelayaran, pelabuhan, dan batas-batas maritim yang vital bagi aliran ekspor dan energi.

Menurut kalangan pengamat, sengketa wilayah di Laut China Selatan - yang mengandung sumber minyak dan gas alam melimpah - membtat Vietnam, Malaysia, Filipina, dan Brunei harus antisipasi atas pengembangan kapabilitas militer China, yang turut berkepentingan atas perairan itu.

Bahkan negara-negara yang jauh dari pertikaian itu, seperti Indonesia, Thailand, dan Singapura, turut merasa perlu memperkuat keamanan maritim masing-masing dengan menambah kemampuan alutsista.

"Pembangunan ekonomi telah mendorong mereka menyisihkan sebagian anggaran untuk pertahanan demi melindungi investasi, jalur laut, dan zona ekonomi eksklusif," kata James Hardy, editor IHS Jane's Defence Weekly untuk kawasan Asia Pasifik. "Tren terbesar adalah penguatan di kawasan pantai dan pemantauan serta patroli maritim," lanjut Hardy.

Data dari lembaga Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) menunjukkan bahwa, saat ekonomi mereka meningkat pesat, belanja pertahanan negara-negara Asia Tenggara rata-rata naik 42 persen dari 2002 hingga 2011.

Singapura Terkaya

Sebagian besar alutsista yang mereka beli adalah kapal perang, kapal patroli, sistem radar, dan pesawat tempur. Mereka juga membeli kapal selam dan rudal anti kapal, yang efektif dalam melindungi jalur laut.

Selama berpuluh-puluh tahun, terutama selama Perang Dingin, banyak negara di Asia Tenggara sedikit yang berbelanja alutsista, dan rata-rata hanya membeli meriam dan tank kecil. Sebagian besar ancaman mereka saat itu bersifat internal, lagipula AS bertindak sebagai payung keamanan dari ancaman pihak luar.

Namun, seiring perkembangan situasi, orientasi belanja militer di kawasan ini pun berubah. Mereka kini membeli persenjataan canggih. Mengingat mereka adalah negara pesisir, pembelian lebih ditekankan pada pertahanan laut dan udara.

Itulah sebabnya Malaysia belakangan ini punya dua kapal selam canggih Scorpene dan Vietnam membeli enam kapal selam kelas Kilo dari Rusia. Thailand pun berencana membeli sejumlah kapal selam dan pesawat militer Gripen dari perusahaan Swedia, Saab AB. Pesawat tempur ini akan dipersenjatai rudal anti kapal RBS-15F buatan Saab, ungkap lembaga International Institute for Strategic Studies (IISS).

Singapura telah memesan jet tempur F-15SG dari Boeing Co. di AS dan dua kapal selam kelas Archer dari Swedia untuk menambah armada mereka. Sebelumnya, negara-kota itu sudah punya empat unit kapal selam Challenger.

Walau negerinya kecil, Singapura punya kocek melimpah untuk membeli alutsista canggih. Menurut IISS, Singapura pada 2011 memiliki anggaran pertahanan sebesar US$9,66 miliar. Jumlahnya hampir dua kali lipat dari tetangga-tetangganya, yaitu Thailand (US$5,52 miliar), Indonesia (US$5,42 miliar), Malaysia (US$4,54 miliar), dan Vietnam (US$2,66 miliar), ungkap IISS.

Sebagai negara kepulauan yang bergaris pantai sepanjang 54.700 km, Indonesia baru punya dua kapal selam. Kini Indonesia sudah pesan tiga unit baru dari Korea Selatan. Negara ini juga bekerjasama dengan China untuk memproduksi rudal anti kapal C-705 dan C-802 setelah menggelar ujicoba penembakan rudal Yakhont buatan Rusia pada 2011. 

TNI AL Akan Bangun Pangkalan Laut Di Pantai Selatan Jabar


BANDUNG-(IDB) : TNI Angkatan Laut (AL) berencana membangun pangkalan laut skala B di kawasan pesisir Pantai Selatan Jawa Barat.
 
Komandan Lanal Bandung Kolonel Laut (P) Iswan Sutiswan mengatakan kehadiran pangkalan laut di wilayah selatan sudah sangat mendesak terkait banyaknya persoalan di perairan tersebut.
“Pembangunan belum akan dimulai. Saat ini baru dicari tempat-tempat strategis di daerah tersebut,” kata Iswan di Bandung.
Pangkalan laut itu sendiri kemungkinan akan berstandar pada type B yang nantinya akan didukung oleh dermaga dan tempat perawatan alutsita TNI AL. Pembangunan pangkalan menurutnya direncanakan akan dilakukan secara bertahap dari type C ke B.
“Tidak menutup kemungkinan menjadi type A. nanti yang memimpin setingkat kolonel,” katanya.
Dengan pangkalan type tersebut menurut Iswan, di masa mendatang kerawanan wilayah laut selatan Jabar bisa ditakar TNI AL. “[Selatan Jabar] Ke depan kayak apa? Sekarang selatan tidak terpantau, ke depan bakal rawan seluruhnya. Kita jangan berpikir sekarang ini, tapi 10-20 tahun akan makin rawan perairan di sana,” katanya.
Menurut Iswan, persoalan penyelundupan seperti manusia, ikan dan barang-barang terlarang sudah makin banyak melewati laut selatan. Dalam perencanaan yang sudah disusun TNI AL pangkalan laut akan merata dibangun sepanjang wilayah Pantai Selatan Jabar.
“Bukan hanya di Pangandaran [Ciamis] tapi di tiap titik akan ada,” katanya.
TNI AL memandang keberadaan pangkalan laut di pantai selatan Jabar sepanjang 500 kilometer sudah menjadi kebutuhan mengingat untuk wilayah sepanjang itu pos yang ada masih terbatas.
“Sementara pos di wilayah tersebut Cuma ada dua, Pangandaran dan Pelabuhan Ratu, sub-sub pos pun sangat terbatas,” katanya.
Menurutnya perairan paling rawan terdapat di Sukabumi dan Ciamis. Iswan menuturkan, pelaku kriminal saat ini menganggap daerah pantai selatan aman untuk melakukan hal-hal kejahatan. Hal ini terjadi karena sampai saat ini belum terpantau oleh pemerintah daerah dan aparat keamanan.
Persoalan kurangnya pemantauan juga terjadi karena minimnya kapal patroli yang dimiliki TNI AL.  “Kita punya alat utama terbatas juga, wilayah rawan banyak. Ke depan, dimana prioritas rawan, akan dikerahkan di sana, dan perlu ada kerjasama antara TNI-Polri,”
katanya.