Minggu, 28 Oktober 2012

Militer Indonesia berencana untuk membelanjakan 16,7 milyar dolar AS sampai tahun 2015


Para kadet Akademi Militer Indonesia berbaris dalam suatu upacara kenegaraan. Diharapkan bahwa mereka akan menikmati manfaat dari peningkatan anggaran belanja militer negara ini. [Reuters]
Para kadet Akademi Militer Indonesia berbaris dalam suatu upacara kenegaraan. Diharapkan bahwa mereka akan menikmati manfaat dari peningkatan anggaran belanja militer negara ini. [Reuters]

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, yang didukung oleh kepemimpinan militer dan memperoleh dana anggaran sebesar 16,7 milyar dolar AS, akan terus maju dengan rencana tiga tahunnya untuk memperkuat dan melakukan modernisasi persenjataan militer Indonesia.
Indonesia berada dalam perjalanan untuk mempengaruhi percaturan dunia, demikian menurut seorang analis - suatu ambisi yang dapat ditelusuri sejak proklamasi kemerdekaan pada tahun 1945 dari penjajahan Belanda. Dengan laju pertumbuhan saat ini, Indonesia dapat menjadi salah satu dari lima negara dengan ekonomi terkuat sebelum tahun 2040, demikian ramalan para pejabat.
Sebagai inti dari komunitas Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara [ASEAN] dan negara terbesar di komunitas Asia Tenggara, modernisasi pertahanan Indonesia berkemungkinan untuk menempatkan negara ini sebagai pembelanja militer utama di wilayah tersebut. Dan karena jalur reformasi Indonesia ke arah konsolidasi demokratis, para pengamat mengatakan bahwa kemunculan kekuatan militer negara ini tidak perlu dikhawatirkan akan mengalami destabilisasi.
Pergeseran dramatis kebijakan pertahanan Indonesia muncul setelah kekosongan 10 tahun pembelanjaan militer akibat kekurangan dana, setelah negara tersebut berfokus pada pertumbuhan ekonomi dan usaha perkembangan. Peningkatan pada tahun 2012 menghadirkan 30 persen dari anggaran nasional negara ini. Angkatan Udara dan Laut Indonesia diharapkan menjadi penerima terbesar dari hasil peningkatan anggaran pertahanan ini.
Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan bahwa pertumbuhan dalam anggaran pertahanan tersebut dimaksudkan sebagai usaha untuk "memperkuat posisi militer, demi menjamin keberhasilan misi untuk menjaga kedaulatan dan integritas wilayah Indonesia.”
Rencana pengembangan militer tersebut mencakup pembelian kapal penghancur berpeluru kendali, tank, sistem peluncuran roket majemuk, jet tempur, kapal selam dan persenjataan militer lainnya.
Senjata yang dikembangkan secara domestik dan dibeli di luar negeri ini akan didukung teknologi terbaru. Strategi modernisasi ini memiliki harga yang sangat mahal: 2,5 milyar dolar AS untuk 10 frigat ringan yang dikembangkan oleh produsen kapal negara PAL; 2 milyar dolar AS untuk empat kapal selam; dan 6 milyar dolar AS untuk tambahan pesawat jet tempur Sukhoi dan F16.
Anggaran ini juga dimaksudkan untuk meliputi kebutuhan non-senjata yang berhubungan dengan pertahanan nasional, termasuk aktivitas yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan prajurit dan pegawai negeri dalam angkatan bersenjata Indonesia.
Anggaran ini akan berfokus pada pembelian produk domestik, demikian kata Yugiantoro. Jika tidak terdapat ketersediaan materi yang diproduksi secara domestik, akan digunakan para produsen asing dengan syarat penggunaan metode produksi gabungan. Dan impor produk asing juga akan dipantau demi memastikan manfaatnya bagi Indonesia.
Komite Tingkat Tinggi [HLC] negara ini akan menyediakan pengawasan guna mengendalikan pemantauan dan laju perluasan sektor pertahanan sampai tahun 2014, demikian ungkap menteri pertahanan.
HLC yang diketuai oleh wakil menteri pertahanan, akan mencakupkan perwakilan dari beberapa divisi pemerintah, termasuk keuangan, perencanaan, audit, dan badan pemerintah khusus yang bertanggung jawab untuk melakukan pembelian barang serta jasa.
“Tujuan utama dari tim pengendali ini adalah mulai dari awal tahap perencanaan seperti halnya juga selama tahap penerapan, untuk memantau keuangan dan pembelian bagi sektor pertahanan ini,” demikian yang dikatakan Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin.
Angkatan Udara menambahkan 17 skuadron

Pembangunan militer ini mencakup inventaris yang mengesankan. Untuk Angkatan Udara Indonesia: 64 jet tempur Sukhoi; 32 jet tempur F16; 36 pesawat tempur Hawk 100/200; 12 jet tempur F5E; 16 pesawat tempur Super Tucano; 16 pesawat tempur Yak 130; 36 pesawat tanpa awak; dan 64 pesawat transportasi Hercules.
Angkatan Laut menambahkan 3 armada

Tiga armada akan ditambahkan ke Angkatan Laut Indonesia, yang memiliki armada Barat dengan markas besar di Tanjung Pinang, Natuna, dan Belawan. Armada Pusat akan memiliki markas besar di Surabaya, Makassar, dan Tarakan. Armada Timur akan bermarkas besar di Ambon, Merauke, dan Kupang. Kemudian, jumlah prajurit Angkatan Laut yang aktif akan ditingkatkan hingga 60.000, ditugaskan di berbagai markas. Para prajurit ini akan didukung oleh 350 tank BMP 4F; 17 tank amfibi; 320 kendaraan amfibi lapis baja; 800 misil QW3; 40 Grad RM; dan 75 Howitzer. Inventaris tambahan mencakup 32 frigat; 56 corvette; 82 kapal patroli cepat yang dipersenjatai misil; enam kapal selam; dan 48 kapal logistik serta transportasi.
Tambahan angkatan darat termasuk tank dan misil

Angkatan Darat, yang merupakan komponen darat angkatan bersenjata Indonesia, memiliki perkiraan jumlah pasukan sebanyak 180.000, Brigadir Kavaleri, cadangan strategis, dan unit-unit lain yang telah terlibat dalam operasi sejak perjuangan negara ini untuk meraih kemerdekaan.
Peningkatan anggaran ini memberikan inventaris yang berikut: tiga divisi komando strategies; 150 batalyon pasukan serbu; 200 tank perang utama yang akan disebar di Kalimantan dan Nusa Tenggara Barat; 540 kendaraan lapis baja yang dibuat oleh Pindad untuk batalyon infanteri mekanik; 320 kendaraan dengan meriam; 890 meriam dan artileri howitzer; 720 misil NDL; 20 helikopter tempur MI35; 26 helikopter transportasi MI17; 1.300 misil anti-tank; 60 misil anti-pesawat baru; dan 700 misil strategis jenis Pindad-Lapan.



:Indonesia akan membeli delapan helikopter Apache dari Amerika Serikat, yang disebut-sebut menjadi sebuah tanda bagi kedua negara untuk memperkuat hubungan menyangkut peningkatan keamanan kawasan.

Menurut laporan AFP seperti yang dipantau ANTARA, Kamis, pembelian itu diungkapkan Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton setelah melakukan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri RI Marty Natalegawa di Washington, Kamis.

Hillary mengatakan Pemerintah AS telah "menginformasikan kepada Kongres tentang potensi penjualan delapan helikopter AH-64D Apache Longbow kepada pemerintah Indonesia."

"Perjanjian ini akan memperkuat kemitraan menyeluruh kita dan membantu meningkatkan keamanan di kawasan," ujar Hillary.

Ia tidak menyebutkan nilai penjualan kedelapan Apache yang akan dibeli oleh Indonesia itu.

Menlu Marty Natalegawa dan Menlu Hillary Clinton pada Kamis masing-masing memimpin delegasi kedua negara melakukan Pertemuan Komisi Bersama (JCM) RI-AS yang ketiga setelah mereka sebelumnya melakukan pertemuan sdrupa di Washington DC pada tahun 2012 dan di Bali tahun 2011.

Komisi Bersama itu merupakan mekanisme kerangka kemitraan menyeluruh, yang secara resmi diluncurkan tahun 2010 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Barack Obama ketika Obama berkunjung ke Indonesia.

Sementara itu, seperti yang diungkapkan Departemen Luar Negeri AS pada laman mereka, Hillary menyebut Indonesia sebagai "mitra yang alami" bagi AS dan menekankan pentingnya hubungan kedua negara menyangkut stabilitas kawasan.

"Sebagai negara demokrasi terbesar kedua dan ketiga di dunia, kita adalah mitra alami, dan Amerika Serikat melihat Indonesia sebagai landasan bagi stabilitas di kawasan Asia Pasifik," ujarnya.

Menlu Hillary mengatakan hubungan AS dengan Indonesia adalah pondasi kuat bagi pertumbuhan ekonomi.

Ia menyebutkan, sejak tahun 2000, perdagangan bilateral kedua negara telah berlipat ganda hingga mencapai 27 miliar dolar AS (sekira Rp257,9 triliun) tahun lalu.

"Perjanjian senilai 21 miliar dolar (Rp200,6 triliun) antara Lion Air dan Boeing merupakan yang terbesar dalam sejarah Boeing," ujar Hillary.

Boeing mencetak rekor penjualan dalam sejarahnya --baik dalam nilai transaksi maupun jumlah unit yang dipesan, setelah maskapai penerbangan Indonesia, Lion Air, memesan 230 unit pesawat buatan Boeing, yaitu terdiri dari 201 unit jenis 737 MAX dan 29 unit Next Generation 737-900.

Penandatangan perjanjian pembelian itu dilakukan oleh Presiden Direktur Lion Air, Rusdi Kirana, dan Wakil Presiden Boeing, Roy Connor, dengan disaksikan oleh Presiden Barack Obama di sela-sela KTT Asia Timur di Bali pada November 2011.

"Sektor gas alam Amerika telah menarik investasi dari perusahaan-perusahaan energi Indonesia di sini. Sebuah Nota Kesepahaman antara Pemerintah Indonesia dan Celanese, yaitu sebuah perusahaan Amerika, kemungkinan mengarah kepada fasilitas baru bernilai miliaran dolar yang akan mengubah batu bara menjadi etanol," tambah Hillary.

Menlu Marty Natalegawa sepakat dengan mitranya itu bahwa Indonesia dan AS memiliki kemitraan yang kuat.

"Kemitraan yang menguntungkan kedua belah pihak dan pada saat yang sama meluas di luar tingkat bilateral, ditambatkan dan dikendalikan oleh keyakinan kuat kedua negara bagi perdamaian, stabilitas dan kemakmuran di kawasan Asia Pasifik," kata Marty.

INDONESIA AKAN SEGERA AKUISISI 8 UNIT APACHE AH-64D




:Indonesia akan membeli delapan helikopter Apache dari Amerika Serikat, yang disebut-sebut menjadi sebuah tanda bagi kedua negara untuk memperkuat hubungan menyangkut peningkatan keamanan kawasan.

Menurut laporan AFP seperti yang dipantau ANTARA, Kamis, pembelian itu diungkapkan Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton setelah melakukan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri RI Marty Natalegawa di Washington, Kamis.

Hillary mengatakan Pemerintah AS telah "menginformasikan kepada Kongres tentang potensi penjualan delapan helikopter AH-64D Apache Longbow kepada pemerintah Indonesia."

"Perjanjian ini akan memperkuat kemitraan menyeluruh kita dan membantu meningkatkan keamanan di kawasan," ujar Hillary.

Ia tidak menyebutkan nilai penjualan kedelapan Apache yang akan dibeli oleh Indonesia itu.

Menlu Marty Natalegawa dan Menlu Hillary Clinton pada Kamis masing-masing memimpin delegasi kedua negara melakukan Pertemuan Komisi Bersama (JCM) RI-AS yang ketiga setelah mereka sebelumnya melakukan pertemuan sdrupa di Washington DC pada tahun 2012 dan di Bali tahun 2011.

Komisi Bersama itu merupakan mekanisme kerangka kemitraan menyeluruh, yang secara resmi diluncurkan tahun 2010 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Barack Obama ketika Obama berkunjung ke Indonesia.

Sementara itu, seperti yang diungkapkan Departemen Luar Negeri AS pada laman mereka, Hillary menyebut Indonesia sebagai "mitra yang alami" bagi AS dan menekankan pentingnya hubungan kedua negara menyangkut stabilitas kawasan.

"Sebagai negara demokrasi terbesar kedua dan ketiga di dunia, kita adalah mitra alami, dan Amerika Serikat melihat Indonesia sebagai landasan bagi stabilitas di kawasan Asia Pasifik," ujarnya.

Menlu Hillary mengatakan hubungan AS dengan Indonesia adalah pondasi kuat bagi pertumbuhan ekonomi.

Ia menyebutkan, sejak tahun 2000, perdagangan bilateral kedua negara telah berlipat ganda hingga mencapai 27 miliar dolar AS (sekira Rp257,9 triliun) tahun lalu.

"Perjanjian senilai 21 miliar dolar (Rp200,6 triliun) antara Lion Air dan Boeing merupakan yang terbesar dalam sejarah Boeing," ujar Hillary.

Boeing mencetak rekor penjualan dalam sejarahnya --baik dalam nilai transaksi maupun jumlah unit yang dipesan, setelah maskapai penerbangan Indonesia, Lion Air, memesan 230 unit pesawat buatan Boeing, yaitu terdiri dari 201 unit jenis 737 MAX dan 29 unit Next Generation 737-900.

Penandatangan perjanjian pembelian itu dilakukan oleh Presiden Direktur Lion Air, Rusdi Kirana, dan Wakil Presiden Boeing, Roy Connor, dengan disaksikan oleh Presiden Barack Obama di sela-sela KTT Asia Timur di Bali pada November 2011.

"Sektor gas alam Amerika telah menarik investasi dari perusahaan-perusahaan energi Indonesia di sini. Sebuah Nota Kesepahaman antara Pemerintah Indonesia dan Celanese, yaitu sebuah perusahaan Amerika, kemungkinan mengarah kepada fasilitas baru bernilai miliaran dolar yang akan mengubah batu bara menjadi etanol," tambah Hillary.

Menlu Marty Natalegawa sepakat dengan mitranya itu bahwa Indonesia dan AS memiliki kemitraan yang kuat.

"Kemitraan yang menguntungkan kedua belah pihak dan pada saat yang sama meluas di luar tingkat bilateral, ditambatkan dan dikendalikan oleh keyakinan kuat kedua negara bagi perdamaian, stabilitas dan kemakmuran di kawasan Asia Pasifik," kata Marty.

Leopards, Submarines and Sukhois


LATELY, there has been much news about procurement of military weapons and equipment, including Leopard tanks, submarines and Sukhoi fighter aircraft. Happily, Indonesia now has the resources to meet the needs of war and defense equipment.

Lamentably, the procurements have been negatively received by observers, politicians and the man in the street. Criticism against the Leopard tanks procurement questioned the decision not to buy from the Netherlands, but from Germany instead. Others have questioned the usefulness of Leopard tanks in Indonesia.


The planned purchase of submarines from South Korea would, it seems, not benefit Indonesian maritime defense as the submarines have insufficient deterrence effects on neighboring countries.


The acquisition of Russian-made Sukhois and used American F-16 aircraft is criticized due to technical specifications.


The problem is that people are not given correct explanations, and whether the procurements are truly necessary or appropriate is never clarified. There is no clear explanation as to why the country requires advanced war equipment to ensure our sovereignty and defend the country.


At present, we face a variety of challenges as a nation and do not have an overview of our military strategy as a whole.


Armed conflict often occurs as a result of border disputes. The Great Wall of China was built to secure the national border territory. Such a wall is obviously impractical in our case and the effort would make no sense since our borders are mostly at sea anyway.


Sea border areas, therefore, should be our priority, due to their importance in safeguarding the country against intrusion, and thus safeguarding national sovereignty as well as defending our national honor. The archipelagic nature of our country without doubt makes formidable naval power of the utmost importance in the critical sea border areas.


Sea power without the support of air defense (indeed air superiority) is a futile defense system. The areas surrounding the Malacca Strait and those bordering Timor Leste and Australia are considered critical areas.


To talk of national sovereignty and honor in terms of arms procurement, is: We are sovereign if any Indonesian citizen can freely fish within the country’s own waters without fear of obstruction from neighboring countries’ navies, whereas illegal forays into Indonesian waters by foreign fishing vessels have long been a problem.


Regarding our land borders, our country’s land sovereignty is ensured simply if the land border remains static.


On the other hand, Indonesian sovereignty over its own airspace over the Malacca Strait, in the form of Flight Information Region (FIR) management, should be returned to us, and at the very least be put under the tight control of our national aviation authority.


As an archipelagic nation, we need our Army, Navy and Air Force to be strong to protect the honor of the motherland.


It will be easier to explain the necessity to procure tanks, combatant ships and fighter aircraft; to protect the citizens and the country’s territory; to defend land, sea and air space sovereignty, when we accept the necessity of integrated effort from the Army, Navy and Air Force.

Serang Iran, Israel Harus Siapkan 40 Miliar Dolar



REPUBLIKA.CO.ID, Sebuah koran Rusia terkait kemungkinan serangan rezim Zionis Israel ke Iran menulis, segala bentuk serangan Tel Aviv ke Teheran dengan senjata konvensional memerlukan dana lebih dari 40 miliar dolar.

Koran Novye Izvestia pada Rabu (2/8) mengutip laporan institut Israel Business Data tentang kerugian Tel Aviv jika menyerang instalasi nuklir Iran menyebutkan bahwa jet-jet tempur Israel harus menempuh jarak yang sangat jauh untuk sampai ke target yang diinginkan dan harus menggunakan bom-bom canggih dengan harga yang melangit untuk menghancurkan pusat-pusat nuklir Iran yang berada di bawah gunung. Demikian televisi al-Alam melaporkan.


Koran tersebut menambahkan, serangan ke Iran tak diragukan lagi akan menimbulkan perang antara Israel dam Hizbullah Lebanon dan lebih buruk lagi para pejuang Hamas akan bergabung dengan Hizbullah dalam perang itu.


Menurut koran Novye Izvestia, propaganda penyerangan terhadap Iran saja telah merugikan ekonomi Israel karena banyak perusahaan-perusahaan besar internasional menarik investasinya dari Israel

Ternyata, "Drone" Israel Gampang "Loyo"


TEL AVIV-(IDB) : Catatan dari Harian Yedioth Ahronoth menunjukkan kalau beberapa pesawat tanpa awak yang biasa dipakai Angkatan Udara Israel (IAF) untuk pertempuran (UAV) alias "drone" buatan dalam negeri mengalami kerusakan mesin saat dioperasikan. Alih-alih sukses menggempur sasaran, pesawat canggih itu malah sering jatuh atau minimal, mendarat darurat.

Paling anyar, Senin (22/10/2012), koran Israel itu menulis soal sebuah "drone" yang terpaksa mendarat darurat meski sudah terbang menuju sebuah sasaran di Lebanon pada Minggu (21/10/2012). Sumber militer yang dikutip media itu mengatakan kalau "drone" naas tersebut terbilang piranti paling canggih rilisan bikinan perusahaan milik negara Israel, Israel Aerospace Industries. "Pesawat mengalami kerusakan mesin," begitu kata sumber tersebut.

Seminggu sebelumnya, miniatur "drone" berjuluk Sky Rider yang bertugas mengumpulkan informasi taktis dinas rahasia terjerambab di Nablus, Tepi Barat. Beruntungnya, UAV tersebut ditemukan tim pencari dalam kondisi utuh. "Soalnya, bantalan udara sukses meredam jatuhnya pesawat," tutur sumber itu.

Pada Januari lalu, giliran Eitan atau yang sohor dengan nama lain Heron TP juga terseok-seok di udara untuk akhirnya jatuh mencium tanah. Insiden dalam uji coba itu terjadi di Pangkalan IAF Tel Nof.

Meski IAF menyembunyikan penyebab jatuhnya pesawat itu, media lokal mewartakan kalau Eitan mengalami patah pada kedua sayapnya. "Soalnya pesawat itu keberatan beban karena mengangkut perangkat-perangkat kamera dan radar," tulis media tersebut.

Anggaran Program Drone Israel

Israel memang serius mengembangkan UAV di dalam negeri. Paling tidak, untuk membuat Eitan, Israel sudah merogoh kocek hingga 35 juta dollar AS per unit. Eitan sampai kini menjadi salah satu senjata andalan IAF di Skadron Ke-210.

Seorang pakar independen asal Israel yang tak disebutkan namanya sempat menganalisa kalau Eitan mampu membawa peluru kendali dan persenjataan lainnya hingga menembus jantung wilayah Iran. Padahal, jarak kedua negara mencapai 1.200 kilometer.

Israel saat ini memang menempatkan UAV sebagai pengembang tugas untuk menggempur Jalur Gaza. Tugas "drone" makin komplet mulai dari pengusung rudal mematikan, pencari persenjataan tersembunyi pihak Palestina, hingga pembunuh mereka yang oleh Israel disebut sebagai kelompok militan bersenjata.




Amerika Dan Israel Akan Segera Memulai Latihan Arhanud Terbesar


TEL AVIV-(IDB) : Angkatan Bersenjata Israel dan Amerika Serikat mulai latihan bersama perang sekaligus pertahanan udara dan anti-rudal terbesar yang melibatkan ribuan petugas dan sistem utama pertahanan rudal udara kedua bangsa. Demikian disampaikan kata Angkatan Bersenjata Israel kepada kantor berita RIA Novosti.

Pelatihan Tantangan Austere tersebut mengambil tempat di Israel dan perairan negara tetangga, melibatkan 3.500 tentara Amerika dan lebih dari 1.000 prajurit Israel.


“Persiapan untuk permainan perang itu telah dilakukan dua tahun dan sama sekali tidak terkait dengan kejadian terkini yang terjadi di Timur Tengah,” ungkap juru bicara militer dua Negara itu.


Pasukan AS akan menguji sistem pertahanan udara Aegis angkatan laut dan rudal Patriot berbasis darat mereka, sementara Israel akan menguji rudal Hetz-2 (Panah)-nya yang seperti Patriot, dirancang untuk mencegat rudal balistik.


Israel juga akan menguji sistem Iron Dome-nya yang dirancang untuk ditujukan roket jarak pendek yang secara teratur ditembakkan ke Israel dari wilayah Gaza.


Sebagian besar latihan akan terdiri dari komando dan kendali dalam lingkungan simulasi, tetapi akan mencakup beberapa penembakan dengan senjata tajam.


Pelatihan ini ditaksir menelan biaya masing-masing, Amerika serikat sebesar 30 juta dolar AS dan Israel delapan juta dolar AS.

Asa Indonesia Untuk Kembali Menjadi Macan Asia Segera Terwujud


JAKARTA-(IDB) : Lembaga globalfirepower pada 2012 menyatakan Indonesia sebagai negara ke- 18 dalam hal kekuatan militer. Namun,itu lebih karena kekuatan manusianya.

Adapun untuk kondisi alat utama sistem senjata (alutsista), Indonesia masih tertinggal dari negara-negara tetangga berperingkat Globalfirepower di bawah Indonesia. Dalam sejumlah kesempatan, seperti pada awal Agustus 2012 di Mabes TNI dan diulangi pada saat HUT Ke-67 TNI pada 5 Oktober 2012, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menegaskan betapa pentingnya penguatan pertahanan.

“Cita-cita dan semangat untuk tampil sebagai ‘macan asia’, itu masih. Lima tahun mendatang kita akan berubah, memiliki persenjataan, kita punya postur, punya alutsista. Saya minta dukungan rakyat, tidak boleh negara itu lemah dalam pertahanan. Nanti kalau lemah,mohon maaf,juga disepelekan negara-negara lain,” kata Presiden. Karena itu,pemerintah berkomitmen membangun pertahanan.

AlutsistaTNI diperkuat melalui program percepatan pembangunan kekuatan pokok minimum (minimum essential force/MEF).Pembangunan itu semata-mata untuk menjaga dan mempertahankan kedaulatan negara serta integritas wilayah. Komitmen pemerintah tersebut ditandai dengan terus ditingkatkannya anggaran untuk sektor pertahanan.Pada 2004,anggaran pertahanan hanya Rp21,7 triliun.

Kemudian meningkat pada 2006 menjadi Rp28 triliun. Selanjutnya Rp32,6 triliun pada 2007, Rp32,8 triliun pada 2008, dan meningkat lagi menjadi Rp33,67 triliun pada 2009. Sejak itu, anggaran terus bertambah hingga menjadi Rp42,8 triliun pada 2010, lalu naik menjadi Rp47,5 triliun pada 2011, dan Rp64,4 triliun pada tahun ini.Tahun depan, direncanakan naik lagi menjadi Rp77,7 triliun.Di luar anggaran APBN itu,ada dana khusus untuk percepatan pengadaan alutsista sesuai MEF senilai Rp156 triliun untuk kurun 2010-2014.

Target 40% MEF
Rencana strategis pengadaan alutsista sudah disusun dan mulai dijalankan.Selama 2010- 2012 pengadaan berbagai jenis alutsista dilakukan.Butuh proses panjang sebelum pengadaan alutsista benar-benar terealisasi. Pro dan kontra selalu terjadi. Peristiwa yang masih hangat adalah saat pengadaan Leopard, hibah F-16 dari AS, maupun pembelian Sukhoi dari Rusia. Pada 2011 lalu tercatat sejumlah alutsista diterima TNI.

Di antaranya helikopter M1-17 asal Rusia untuk TNI AD dan kapal angkut landing platform dock (LPD) untuk TNI AL.Tahun ini TNI AU menerima empat unit pesawat tempur taktis Super Tucano dari Brasil dan dua unit pesawat angkut ringan CN-295 asal Spanyol (bekerja sama dengan PT DI). TNI AL juga kembali menerima beberapa kapal cepat rudal (KCR).

Tak ketinggalan, TNI AD menerima tank tempur utama (MBT) Leopard, dan tank tempur medium Marder. Menurut Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro,hingga semester pertama 2014 akan ada sekitar 45 kegiatan pengadaan alutsista bergerak meliputi TNI AD,AL,AU. “Khusus untuk AU, alutsista bergerak 30%.Ada 14 jenis alutsista yang akan menambah kekuatan TNIAU,yakni pesawat tempur (5 jenis),pesawat angkut (3 jenis), helikopter (2 jenis), pesawat latih (2 jenis), UAV dan lainnya (2 jenis).Ini di luar radar,”sebutnya.

Untuk TNI AD, selain tambahan Leopard dan Marder, akan datang multi launcher rocket system (MLRS) dan meriam 155 mm/caesar.TNI AL di antaranya akan menerima kapal fregat, KCR, dan kapal selam. Dengan kondisi ini,pencapaian dari target MEF 2024 sudah bisa dirasakan cukup signifikan. “Pada akhir kabinet ini, saya yakin tidak hanya 30% untuk mencapai kemampuan pokok minimum, tapi saya yakin bisa mencapai 40%,” Purnomo meyakinkan.

Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono menuturkan, pemerintah tidak memprioritaskan matra tertentu saja untuk diperkuat dengan menomorduakan matra lain. “Masing-masing sudah punya prioritas, Angkatan Darat punya, Angkatan Laut punya, Angkatan Udara punya. Itu yang kita laksanakan,” katanya.Dia juga yakin pemenuhan MEF bisa lebih cepat dari yang direncanakan.

Artinya, program itu sudah bisa dicapai sebelum 2024. Pengamat militer dari Universitas Indonesia, Andi Widjajanto, menilai pengadaan alutsista yang berlangsung sekarang ini secara umum sudah sesuai rencana strategis (renstra). Andi menilai sekarang ini pemerintah sedang berusaha agar masing-masing angkatan memiliki senjata utama.“Platformnya apa yang perlu ditingkatkan sudah tepat,” katanya.

Sementara itu, gelontoran anggaran sektor pertahanan yang sangat besar dan terus meningkat tiap tahun diharapkan juga berdampak positif bagi kesejahteraan prajurit TNI.Pada akhirnya tidak saja alutsista TNI yang kuat, kesejahteraan prajurit juga meningkat.

Pemerintah meyakinkan bahwa kesejahteraan prajurit akan terus ditingkatkan secara bertahap sesuai kemampuan. “Sekarang sudah ada tujuh macam tunjangan bagi prajurit, di luar gaji pokok,” kata Purnomo.